REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagai platform video pendek yang berasal dari China, Tiktok telah mencuri perhatian banyak orang sejak pandemi Covid-19. Tiktok tidak hanya populer di China, tetapi juga di wilayah lain, termasuk Asia Tenggara.
"Pengguna bulanan Tiktok telah mencapai 325 juta pengguna di Asia Tenggara. Sementara di Indonesia, sebanyak 125 juta pengguna bulanan," kata CEO Tiktok Shou Zi Chew dalam acara Tiktok Southeast Asia Impact Forum 2023 di Ballroom Ritz Carlton, Pacific Place, Jakarta Selatan, Kamis (15/6/2023).
Chew mengatakan seiring berjalannya waktu, ekosistem konten Tiktok semakin meluas dan beragam. Beberapa tahun lalu, Tiktok banyak diisi oleh konten hiburan, seperti menari dan menyanyi.
Menurut dia, konten tersebut sangat menghibur. Namun, semakin lama, keragaman konten semakin terlihat, seperti konten edukasi yang mendapat ratusan miliar views di platform. "Tapi semakin ke sini, kita semakin melihat banyak konten edukasi. Misalnya, ada tren #booktok dan di Indonesia diisi dengan #samasamabelajar," ujar Chew.
Menurut cerita yang dia dapatkan dari orang-orang yang menggunakan Tiktok, banyak dari mereka yang mengaku telah belajar banyak hal dari aplikasi asal daratan China tersebut. Selain itu, mereka juga dapat menemukan komunitas sesuai dengan kesukaannya.
Selain keragaman konten, Tiktok juga melebarkan sayap ke sektor bisnis. Di Indonesia, saat ini ada lebih dari dua juta bisnis kecil yang memasarkan produknya di Tiktok Shop. Pengguna dapat dengan mudah mencari produk yang diinginkan di Tiktok.
"Sekitar 80 persen produk terjual melalui platform kami. Menurut saya itu luar biasa. Selain dapat berkomunikasi dengan penjual, pembeli juga dapat mengajukan pertanyaan saat live streaming," ucap Chew.