Jumat 02 Jun 2023 20:45 WIB

Guru Besar UI Analisis Kegagalan Pembangunan Depok 20 Tahun di Bawah PKS

Guru Besar UI menganalisis kegagalan pembangunan Depok di bawah PKS selama 20 tahun.

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Bilal Ramadhan
Kemacetan di Jalan Raya Margonda, Depok, Jawa Barat. Guru Besar UI menganalisis kegagalan pembangunan Depok di bawah PKS selama 20 tahun.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Kemacetan di Jalan Raya Margonda, Depok, Jawa Barat. Guru Besar UI menganalisis kegagalan pembangunan Depok di bawah PKS selama 20 tahun.

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK – Guru Besar Psikologi Politik Universitas Indonesia (UI) Prof Hamdi Muluk mengatakan, hingga kini belum ada perubahan signifikan yang terjadi di Kota Depok selama dua dekade dipimpin kader-kader PKS. Bahkan kondisi daerah penyangga Jakarta ini dikatakannya seperti jalan di tempat.

"Nggak banyak (perubahan) bahkan di bawah PKS nggak ada sesuatu yang impresif. Bahkan secara kasat mata, ini kayak jalan di tempat Depok itu. Tangerang sudah maju lebih impresif, Bekasi sudah maju. Ini jalan di tempat. Ada apa gitu, nggak ada terobosannya," kata Hamdi Muluk, Jumat (2/6/2023).

Baca Juga

Menurutnya, Kota Depok tidak kekurangan sumber daya manusia yang unggul karena banyak ahli di daerah ini. "Penjelasannya menurut saya simpel, PKS ekslusif, dia hanya menggerakkan orang-orang yang seide dengan dia, seiman dengan dia, seideologi dengan dia, faktanya begitu," katanya.

Hamdi Muluk menyebut kegelisahan atau keluhan terkait kondisi Depok saat ini dirasakan oleh banyak warga. Berlanjutnya kepemimpinan PKS di kota ini dikatakannya karena belum ada tokoh yang mampu bersaing dan memiliki dukungan kuat dari banyak pihak.

"Saya menganalisis, apa kesalahan kegagalan dari 20 tahun PKS berkuasa di sini. Jawaban saya simpel, jadi memang nggak memanfaatkan orang-orang dengan potensi yang besar di Depok itu. Dia hanya mau melibatkan orang-orang yang seideologi dengan dia," ujarnya.

Sebelumnya, PDIP Depok juga menyoroti pembangunan yang "gagal" di kota Depok...

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement