REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Sukarelawan Srikandi Nusa Tenggara Barat (NTB) menggagas pelatihan pengolahan sampah organik dan anorganik bersama milenial di wilayah Kelurahan Mandalika, Kecamatan Sandubaya, Kota Mataram, NTB. Mereka bertekad menumbuhkan kesadaran dan mendorong keterlibatan milenial akan memilah juga mengolah sampah menggunakan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle) dengan menghadirkan pemateri dari Komunitas Bank Sampah Berseri, Pairul Bayani.
Masalah sampah memang tiada habisnya menghantui lingkungan di Ibu Pertiwi. Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup Kehutanan (KLHK), volume timbulan sampah di Indonesia pada 2022 mencapai 19,45 juta ton.
Sejumlah milenial begitu menantikan edukasi itu demi mewujudkan Indonesia bebas sampah (zero waste) dan upaya menyayangi bumi.
"Salah satu program pemerintah Nusa Tenggara Barat adalah zero waste. Jadi, kami juga membantu program pemerintah dari NTB, yaitu bagaimana mengelola sampah untuk lebih bermanfaat lagi di kaum-kaum pemuda," kata Koordinator Wilayah Srikandi Ganjar NTB, Yuli Eka Fitri.
Para perempuan ini diberi edukasi terkait jenis-jenis sampah, masalah yang ditimbulkan dari sampah, bagaimana cara memilah, hingga mengolah sampah-sampah organik dan anorganik.
Wanita yang kerap disapa Eka ini mengatakan, di samping edukasi secara teori, mereka juga diajak berkreasi mengolah sampah anorganik seperti plastik menjadi beragam kerajinan bernilai ekonomis secara berkelompok.
"Jadi, sampah-sampah ini akan dipilah menjadi tempat tisu, ada taplak meja, ada gantungan kunci tas juga ada jadi berbagai macam yang bisa kami pakai juga salah satunya tas yang sebenarnya bermanfaat sekali," ujar Eka.
Menurut Eka, dibutuhkan kepedulian bersama untuk mengatasi isu sampah yang menghasilkan gas rumah kaca dan berkontribusi pada perubahan iklim.
Eka mengajak anak-anak muda untuk menggencarkan solusi asyik mengatasi permasalahan sampah dengan mengurangi, menggunakan ulang,dan mendaur ulang sampah.
"Kalau untuk pesannya untuk teman-teman pemuda atau srikandi khususnya marilah kita jaga lingkungan kita karena memangkalau bukan kita siapa lagi dan ketika kita melihat sampah-sampah mari kita jadikan yang bermanfaat," kata Eka.
Salah satu peserta, Nur Aini (19 tahun) merasa beruntung dapat mengikuti agenda positif pengolahan sampah.
Menurut dia, pelatihan seperti inilah yang diperlukan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran serta menarik minat masyarakat khususnya kalangan milenial.
"Semoga setelah ini masyarakat bisa mengelola sampah dengan baik dan tidak membuang sampah sembarangan," kata Aini.
Bukan kali pertama ini kelompok serupa menaruh perhatian terhadap isu lingkungan. Di Jawa Timur, mereka berkomitmen turut terlibat dalam kesadaran masyarakat menjaga kelestarian alam, salah satunya melalui upaya bersih-bersih pantai di Pulau Gili Ketapang, Kabupaten Probolinggo.
"Kami bersama para wisatawan terutama yang datang ke pulau ini harus selalu menjaga kebersihan, dan dimulai dari di wilayah pesisir," ujar Koordinator Wilayah Srikandi Ganjar Jatim Cindy Maghriza.
Dengan melibatkan komunitas Pecinta Lingkungan dan Operator Snokerling, ia berharap kegiatan tersebut dapat dilakukan rutin dengan melibatkan berbagai banyak pihak dalam menjaga dan mempertahankan ekosistem laut di wilayah setempat.
"Komunitas itu sebelumnya sudah rutin melakukan clean up pantai di Selasa dan Jumat. Mudah-mudahan semakin banyak lagi komunitas atau masyarakat yang terlibat dalam misi lingkungan ini," kata dia, demikian dilansir dari Antara.