REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Coldplay dihantam isu LGBT di tengah jadwal konser mereka di Indonesia. Pengamat musik Aldo Sianturi meyakini kalau rencana manggung Coldplay tentu telah diiringi kesepakatan, bahkan antarpemerintah negara.
“Semua sudah terjadi kesepakatan goverment to goverment itu tingkat paling tinggi, gak mungkin itu lolos,” kata Aldo dalam tayangan diskusi bertajuk “Geger Penolakan Pelangi di Balik Konser Coldplay” TvOne, disimak Sabtu (20/5/2023) malam.
Dalam siaran tersebut, Aldo menjawab pertanyaan dari seorang mahasiswa terkait segala kemungkinan yang bisa terjadi. Hal itu termasuk jika Coldplay mengibarkan bendera pelangi. Mahasiswa tersebut bertanya siapa yang akan bertanggung jawab jika hal itu terjadi?
Aldo mengatakan, Indonesia tentu punya hubungan diplomatik dengan Inggris, negara asal Coldplay. Tentu mereka akan menghormati Indonesia sebagai negara mayoritas Muslim.
“Semua sudah dewasa. Indonesia punya hubungan diplomatik. Mereka juga sudah kebal didemo. Mereka bukan sekali di sini (didemo),” kata Aldo yang merupakan Territory Director at ONErpm.
Aldo mengaku yakin tentu basis penggemar di Indonesia sangat tinggi. Tetapi kembali lagi, semua pihak disebutnya tentu punya kontrol.
Dalam siaran tersebut, Aldo sekaligus membahas terkait efek domino untuk ekonomi dari sebuah konser besar. Ketika acara terjadi, ada efek euforia, begitu juga setelahnya. Namun, monetisasi di Indonesia dinilai kurang transparan.
Coldplay akan melakukan konser di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta pada 15 November 2023. Sebagai informasi, tiket untuk konser tersebut sudah habis terjual pada presale 17 Mei dan penjualan umum 19 Mei 2023.