Rabu 17 May 2023 23:48 WIB

Pemkot Bandung Minta Distribusi Barang Pokok Lancar Saat Kemarau

Hampir 100 persen bahan makanan pokok di Kota Bandung dipasok dari luar daerah.

Pedagang mengangkut bawang ke truk di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, beberapa waktu lalu. Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung, Jawa Barat meminta distribusi barang pokok di Kota Kembang terjamin dan tidak terganggu dalam menghadapi musim kemarau atau cuaca ekstrem El Nino yang kemungkinan berpengaruh terhadap neraca bahan pangan.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Pedagang mengangkut bawang ke truk di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, beberapa waktu lalu. Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung, Jawa Barat meminta distribusi barang pokok di Kota Kembang terjamin dan tidak terganggu dalam menghadapi musim kemarau atau cuaca ekstrem El Nino yang kemungkinan berpengaruh terhadap neraca bahan pangan.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung, Jawa Barat meminta distribusi barang pokok di Kota Kembang terjamin dan tidak terganggu dalam menghadapi musim kemarau atau cuaca ekstrem El Nino yang kemungkinan berpengaruh terhadap neraca bahan pangan.

Itu karena, kata Pelaksana Harian (Plh) Wali Kota Bandung Ema Sumarna, hampir 100 persen bahan makanan pokok di Kota Bandung dipasok dari luar daerah.

Baca Juga

"Kita mengetahui secara persis mengenai pasokan. Kalau sudah kekeringan pasti ada hambatan, panen gagal dan lainnya. Maka dari itu distributor harus dipantau terus oleh kita," kata Ema di Bandung, Rabu (17/5/2023). 

Ema juga meminta Organisasi perangkat daerah (OPD) terkait untuk terus menjaga kelancaran distribusi dan memastikan pasokan barang tidak terhambat.

"Seperti DKPP, Disdagin, termasuk Dishub harus memastikan tidak boleh ada hambatan pasokan pangan ke Kota Bandung," ucapnya.

Dalam menghadapi berbagai kemungkinan gangguan saat El Nino dalam beberapa waktu ke depan, Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Bandung membahas strategi kegiatan pengendalian inflasi dan pemulihan ekonomi hari Rabu ini.

Dalam pembahasan TPID Kota Bandung itu, Ema juga menggarisbawahi hal lain yang harus diantisipasi dalam endemi ini yakni euforia.

Itu karena masyarakat sudah tidak lagi memperhatikan protokol kesehatan yang tempo lalu sangat ketat untuk menjaga mobilitas manusia.

"Jangan-jangan ini pun harus kita antisipasi. Sebab, jika berbicara data pandemi, di Bandung belum selesai sebetulnya. Cuma kadarnya berada di bawah. Positivity rate di 8 persen, padahal batas yang ditetapkan WHO itu 5 persen. Ini ada ancaman masih tetap ada. Walaupun kita sekarang sudah dibebaskan dari status pandemi Namun, karena kalau itu kembali berulang akan terjadi porak poranda lagi," ucapnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement