REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPP Hipmi) Bidang UMKM dan Koperasi menyelengarakan Open House yang dirangkaikan dengan acara Halal Bihalal dan Launching Akademi UMKM.
Ketua Umum BPP Hipmi, Akbar Himawan Buchari, menyampaikan, perekonomian Indonesia saat ini menghadapi berbagai perubahan yang cepat dan fundamental, sehingga perlu didorong kondisi perekonomian yang lebih stabil ditengah bayang-banyang ancaman resesi global salah satunya dengan peningkatan aktivitas dunia usaha dan menjaga stabilitas ekonomi melalui penguatan UMKM.
“Salah satu sektor yang sangat terpukul oleh pandemi Covid-19 merupakan UMKM yang juga mengakibatkan turunnya perekonomian nasional. Hal dipahami karena UMKM mempunyai kontribusi yang sangat besar dalam perekonomian nasional," kata Akbar yang akrab disapa AHB ini, seperti dilansir pada Rabu (10/5/2023).
Dengan kepengurusan Badan Pengurus Pusat Hipmi yang baru, lanjut Akbar, ia berharap masyarakat bisa memulai bisnisnya.
Akbar mengatakan akan berupaya agar setiap provinsi maupun kabupaten dan kota menjadi tempat yang ramah investasi dan kegiatan usaha, baik dari perizinan, permodalan, hingga pemasaran.
"Ini yang akan kami ciptakan, pengusaha tangguh, ekosistem, dan iklimnya. Sehingga teman-teman bisa merasakan manfaat berada di Hipmi. Dan pastinya melahirkan pengusaha baru yang tangguh," ujar Akbar, dinukil dari Antara.
Ketua Bidang UMKM dan Koperasi BPP Hipmi, Tri Febrianto menambahkan UMKM memiliki peran strategis dalam perekonomian Indonesia terutama ketika terjadi krisis, seperti krisis moneter tahun 1998. UMKM dapat melewati masa-masa sulit tersebut. UMKM adalah bagian dari perekonomian indonesia yang mandiri dan memiliki potensi besar untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sehingga dengan hal tersebut Bidang UMKM dan Koperasi BPP Hipmi melakukan peluncuran Akademi UMKM.
“UMKM ini memiliki beberapa peran terhadap perekonomian Indonesia yakni sebagai sarana mengentaskan kemiskinan dan pemerataan tingkat ekonomi rakyat kecil," kata dia.
Buyung panggilan akrab Tri Febrianto menyampaikan tujuan peluncuran Akademi UMKM salah satunya untuk meningkatkan jumlah wirausaha muda di Indonesia. Karena jumlah wirausaha di Indonesia masih sangat rendah. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa dari lebih 250 juta penduduk Indonesia, hanya sekitar 3.47 persen atau sekitar 9 juta orang yang menjadi pelaku wirausaha. Sedangkan idealnya, untuk menjamin suatu negara berekonomi maju dengan serapan tenaga kerja yang baik dibutuhkan 2 persen. Bahkan Bank Dunia mematok angka 4 persen.
“Angka ini masih rendah dibandingkan dengan Singapura yang mencapai 8,5 persen Malaysia dan Thailand juga sudah mencapai 4,5 persen," ungkap Buyung.
Menurut Alumni Universitas Hasanuddin itu, upaya meningkatkan jumlah dan kualitas wirausaha muda Indonesia adalah kebutuhan yang mendesak bagi kelangsungan dan kemajuan pembangunan ekonomi Indonesia. Wirausaha muda yang bergerak dalam sektor UMKM memiliki kontribusi besar terhadap peningkatan produk domestik bruto (PDB), menyerap angkatan kerja dan menghimpun investasi di Indonesia.
“Meningkatkan jumlah dan kualitas wirausaha muda Indonesia adalah kebutuhan mendesak bagi kelangsungan dan kemajuan ekonomi Indonesia," kata dia.