Rabu 26 Apr 2023 18:41 WIB

KIB Gelar Pertemuan Besok, Auto Bubar Jika PAN dan Golkar Usung Capres Beda dengan PPP

PPP hari ini sudah mendeklarasikan Ganjar Pranowo sebagai capres yang didukung.

Ketua Umum DPP Partai Golkar Airlangga Hartarto dan Ketua Umum DPP PAN Zulkifli Hasan memberikan keterangan usai melakukan pertemuan makan malam di Jakarta pada akhir tahun lalu. Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) di ambang bubar setelah PPP mendeklarasikan mendukung Ganjar Pranowo sebagai bakal calon presiden (capres). (ilustrasi)
Foto:

Potensi bubarnya KIB sebelumnya sudah diprediksi oleh sebagian pengamat politik seusai PDIP mengumumkan Ganjar Pranowo sebagai capres. Pengamat politik Dedi Kurnia Syah menilai, PPP sebagai parpol potensial merapat ke PDIP.

"PPP termasuk yang terkesan potensial merapat ke PDIP, selain karena porsi PPP yang kecil dan tidak miliki pengaruh atas koalisi, sehingga leluasa untuk berada di manapun," ujar Dedi dalam keterangannya kepada Republika, Ahad (23/4/2023).

Namun demikian, porsi kecil PPP ini bisa berubah menjadi kekuatan jika PPP berhasil menggaet Sandiaga Uno sebagai kader dan menawarkan ke PDIP sebagai calon wakil presiden pendamping Ganjar. Sandiaga beberapa waktu terakhir ini disebut-sebut sudah ancang-ancang akan berpindah ke partai berlambang ka'bah tersebut.

"Jika langkah PPP berhasil yakni semisal sukses menggaet Sandiaga, lalu mereka tawarkan ke PDIP untuk dampingi Ganjar, maka PPP menjadi partai kecil paling beruntung, karena bisa menjadi pengusung utama," ujarnya.

Sementara, untuk PAN dan Golkar bisa saja merapat ke koalisi yang dibangun oleh Partai Gerindra dan PKB. Sehingga, Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) ini menilai koalisi besar masih mungkin tetap terwujud.

"Koalisi besar masih mungkin tetap terwujud, tetapi tidak untuk membuat poros kontestasi menjadi dua, kemungkinan tetap akan membentuk tiga poros mengingat PDIP telah tentukan capresnya sendiri," ujar Dedi.

Namun, kata dia, jika PAN dan Golkar merapat ke koalisi Gerindra terdapat posisi sulit bagi kedua partai ini, mengingat kedua partai mengupayakan cawapres.

"PAN cenderung mengupayakan Erick Thohir, sementara Golkar pun akan berusaha usung Airlangga, sementara di Gerindra sudah lebih dulu ada Muhaimin yang juga sama-sama inginkan cawapres, untuk itu wacana koalisi ini masih akan memerlukan waktu," ujarnya.

Karena itu, dia menilai pengusungan Ganjar ini akan mengubah konstelasi poros koalisi. Akan tetapi hanya tidak berdampak ke Koalisi Perubahan.

"Karena sejak awal mereka sudah bersiap akan hadapi PDIP dan Ganjar," ujarnya.

Direktur Eksekutif The Strategic Research and Consulting (TSRC) Yayan Hidayat memperkirakan akan terbentuk tiga poros koalisi pada Pilpres 2024. Prediksinya itu setelah PDIP mengumumkan Ganjar Pranowo sebagai capres pada pekan lalu.

"Akan ada (tiga) poros koalisi yang berkontestasi pada pemilihan presiden," katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (25/4/2023).

Yayan menjelaskan tiga koalisi itu meliputi Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang terdiri atas PDIP, Golkar, PPP, dan PAN serta partai non-parlemen PSI dan Hanura dengan mengusung Ganjar Pranowo sebagai capres. Poros koalisi kedua adalah Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) yang terdiri atas Gerindra dan PKB dengan mengusung Prabowo Subianto sebagai capres, serta terakhir adalah Koalisi Perubahan yang terdiri dari Partai Nasdem, Demokrat dan PKS dengan mengusung Anies Baswedan sebagai capres.

Namun, kata dia, terdapat pergerakan politik yang dapat memengaruhi utak-atik poros koalisi tersebut. Seperti sinyal bergabungnya Sandiaga Salahuddin Uno ke PPP setelah resmi keluar dari Gerindra.

Yayan menjelaskan fenomena keluarnya Sandiaga Salahuddin Uno dari Gerindra menyimbolkan dua hal. Pertama, bergabungnya Sandiaga ke PPP akan membuka ruang lebar bagi Sandiaga untuk melenggang maju sebagai bakal calon wakil presiden (cawapres) Ganjar Pranowo.

Kedua, bergabungnya Sandiaga ke PPP adalah upaya Sandiaga untuk mendekatkan PPP ke Gerindra dan Sandiaga mendapat tiket politik sebagai cawapres bagi Prabowo Subianto. "Bagi saya, dua hal ini bisa saja melatarbelakangi keputusan politik Salahuddin Uno," ujarnya.

Menurut dia, keputusan Sandiaga tersebut tentu akan memengaruhi konstelasi politik pembentukan koalisi. Apalagi jika kondisi yang sama juga akan terjadi dengan PKB bila Ketua Umumnya Muhaimin Iskandar tidak punya peluang untuk diusung menjadi cawapres.

"PKB juga berpeluang keluar dari Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya jika Ketua Umumnya tidak menjadi sebagai cawapres. Tentunya PKB akan mendorong pembentukan poros koalisi nasionalis-religius dengan bergabung ke PDIP karena kecewa pada Prabowo dan Gerindra," katanya menegaskan.

 

photo
elektabilitas bakal cawapres menurut survei. - (infografis Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement