Selasa 21 Mar 2023 17:15 WIB

PDIP tak akan Sendirian di Pilpres 2024, Itu Isyarat dari Pertemuan Jokowi dan Megawati

Keputusan PDIP soal koalisi dan capres diyakini akan menentukan peta Pilpres 2024.

Presiden Joko Widodo (kedua kiri) bertemu dengan Megawati Soekarnoputri (kedua kanan) didampingi Hasto Kristiyanto (kanan) dan Pramono Anung di Istana Negara, Sabtu (18/3/2023).
Foto:

Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari mengatakan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Presiden Joko Widodo menjadi variabel penentu konstelasi final Pemilihan Presiden 2024. Qodari mengatakan, meskipun saat ini ada tiga nama calon presiden yang mengemuka yakni Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto dan Anies Baswedan, namun konstelasi bisa berubah.

Sebab, hingga saat PDIP sebagai partai yang dapat mengajukan capres tanpa berkoalisi dengan partai mana pun, belum mengumumkan calon presidennnya.

"Semua tokoh politik pada hari ini menunggu keputusan Bu Megawati. Kenapa? Kalau Bu Mega belum mengambil keputusan ini susunan permainan bisa berubah," ujar Qodari saat paparan survei bertajuk "Pemilu 2024: Konstelasi Variabel Penentu dan Pemenangnya” di Hotel Harris FX Sudirman, Jakarta, Selasa (21/3/2023).

Qodari melanjutkan, apalagi bagi partai yang ingin mencalonkan Ganjar Pranowo yang notabene adalah kader dari PDIP. Sebab, jika tidak diizinkan Megawati dan Megawati justru mengusung calon lain, maka Ganjar dan calon pilihan PDIP akan head to head merebut basis suara yang sama.

"Jadi Bu Mega sebagai variabel ditunggu, kalau Bu Mega nggak setuju Ganjar tetapi Puan juga maju, dua duanya berebut basis suara yang sama," ujarnya.

Selain itu, lanjut Qodari, Presiden Jokowi juga sangat menentukan dalam konstelasi final Pilpres. Hal ini karena sebagian besar ketua umum partai politik ada dalam kabinet Indonesia Maju sehingga dalam konteks keberlanjutan program kerja dan pembangunan, maka preferensi pilihan Jokowi menjadi perhatian dan pertimbangan para ketua partai.

"Disadari atau tidak itu jadi pertimbangannya Pak Mardiono, Zulhas, Airlangga hartarto, bahkan pertimbangan Pak Prabowo. Jadi Pasti Pak jokowi jadi penentu karena bahasa tubuhnya dibaca dan diterjemahkan parpol, dan itu akan menentukan kemana keputusan para ketum parpol," ujarnya.

Survei Indo Barometer "Pemilu 2024: Konstelasi Variabel Penentu dan Pemenangnya” dilakukan pada 12-24 Februari 2023 dengan metode wawancara tatap muka. Survei dilakukan di 33 provinsi di Indonesia dengan survei 1.190 respondem dengan margin of erros sebesar kurang lebih 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Sebelumnya, pakar ilmu politik dari Universitas Andalas, Asrinaldi, mengatakan partai penguasa yakni PDIP memegang kunci peta koalisi Pilpres 2024. Asrinaldi menyebut bila PDIP sudah menentukan sosok capres, partai-partai lain akan segera mengambil sikap dan membentuk poros yang serius. 

"Bagi partai selain PDIP, ini menunggu PDIP mendeklarasikan. Jadi akan ada dampak turunan bila PDIP sudah menentukan calon," kata Asrinaldi, kepada Republika di Kampus Universitas Andalas Padang, Jumat (17/3/2023). 

Hingga saat ini, PDIP masih belum menentukan sikap untuk penentuan calon presiden yang akan mereka usung. Dua nama yang punya peluang dicalonkan partai Banteng itu adalah Ketua DPR RI, Puan Maharani dan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. 

Bila PDIP memutuskan Puan sebagai capres, Ganjar akan jadi leluasa untuk masuk ke poros lain di luar PDIP. Karena, dia tidak ada beban lagi maju bersama partai lain karena PDIP sudah memilih Puan. 

Bila PDIP memilih Ganjar sebagai capres, partai lain juga akan mengambil sikap apakah berkoalisi dengan PDIP atau menjadi kompetitor PDIP.  Partai lain yang dimaksudkan Asrinaldi yang berpeluang satu gerbong dengan PDIP adalah seperti Partai Gerindra, Golkar PAN, PPP, PKB. Sedangkan poros Anies lewat Koalisi Perubahan menurut Asrinaldi sudah hampir dipastikan tidak akan berubah. 

Asrinaldi memahami dilematis PDIP dalam menentukan calon yang akan diusung di Pilpres 2024. Bila mengusung Ganjar, ada ketakutan dari Ketua Umum, Megawati Soekarno Putri akan sulit mengendalikan Ganjar bila menjadi presiden karena ia dinilai trah Jokowi. 

"Bila PDIP calonkan Ganjar dan menang, Jokowi bisa kuasai PDIP. Itu pasti tidak diinginkan oleh Megawati," ujar Asrinaldi. 

Tapi bila memaksakan Puan Maharani sebagai capres, PDIP dihadapkan dengan situasi elektabilitas putri kandung dari Megawati itu yang hingga kini masih rendah.

 

photo
Elektabilitasn Bakal Capres per Desember 2022 - (Infografis Republika)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement