Sabtu 17 Dec 2022 19:10 WIB

Pengamat: Erick Thohir Gabungan Politisi dan Profesional yang Tangguh

Potensi Erick Thohir memimpin Indonesia dinilai sangat besar.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir . Potensi Erick Thohir memimpin Indonesia dinilai sangat besar.
Foto: istimewa
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir . Potensi Erick Thohir memimpin Indonesia dinilai sangat besar.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sepak terjang Menteri BUMN, Erick Thohir di kancah politik kian menonjol. Elektablitas Erick yang disebut dalam survei Poltracking Indonesia terus menanjak menurut pengamat politik Universitas Brawijaya Malang, Anang Sujoko disebabkan sejumlah faktor, seperti modal ekonomi, modal kultural dan modal sosial. Anang berkata, dengan latar belakang pengusaha yang sukses, dari sisi modal ekonomi, Erick memiliki potensi yang sangat bagus.

Sedangkan kultural modal yang dimiliki Erick berasal dari kedekatannya dengan sumber kekuasaan yang saat ini berkuasa. Selain itu menurut Anang, Erick dekat dengan ormas dan tokoh parpol meski mantan presiden Inter Milan itu tak mengikat kuat dengan ormas atau parpol tersebut, sehingga kedekatan Erick kepada tokoh Nahdlatul Ulama, Muhamadiyah, tokoh parpol dan menjadi anggota Banser dinilai Anang cukup efektif meningkatkan elektabilitas Erick.

"Dari segi budaya, memang Pak Erick tidak seramah Ganjar Pranowo. Namun Pak Erick juga tak menunjukan perilaku yang kontra produktif di masyarakat," kata Anang, Sabtu (17/12/2022).

Selain itu, kata Anang, Erick Thohir juga mau menyerap aspirasi dari berbagai kalangan. Termasuk tokoh NU dan parpol. "Dengan berbagai alasan dan aktivitas tersebut membuat Pak Erick dapat diterima oleh mayoritas responden di Jawa," kata Anang.

Elektabilitas Erick Thohir sebagai cawapres semakin meningkat di pulau Jawa. Di Jawa Timur misalnya, Erick menduduki peringkat kedua setelah Gubernur Jawa Timur dengan 18,3 persen. Bahkan di Jawa Tengah Erick menduduki peringkat teratas dengan elektabilitas 25,4 persen. Padahal seperti diketahui bersama Erick bukan berasal dari Jawa.

Selain itu yang tak bisa diabaikan adalah Menteri Erick mampu menunjukan kinerja yang sangat bagus dalam memimpin Kementerian BUMN. Semua informasi mengenai Erick ditangkap masyarakat yang memiliki akses informasi ke media main stream maupun sosial media. Khususnya masyarakat Jawa yang diambil sampelnya oleh Poltracking Indonesia.

"Kinerja Menteri Erick yang positif tersebut sangat banyak di media main stream maupun media sosial. Informasi positif mengenai kinerja Pak Erick tersebut dengan mudah ditangkap masyarakat," kata dia.

"Bagi orang Jawa pada umumnya jika ada sosok baru yang muncul dan banyak positifnya, mereka cenderung menerima dengan baik. Dari pada orang lama yang memiliki banyak kebaikan, namun ia sudah membuat sedikit kesalahan yang prinsip, maka semua catatan positifnya akan diabaikan," ucap Anang.

Anang memperkirakan elektabilitas Erick di luar Jawa saat ini tak jauh berbeda dengan hasil survei yang dilakukan oleh Poltracking Indonesia untuk wilayah Jawa. Agar kekuatan di luar Jawa semakin kuat, Anang menyarankan agar Erick dapat segera masuk ke komunitas masyarakat di sana.

"Saya memperkirakan Menteri Erick memiliki peluang yang sangat besar untuk dapat masuk dan memikat tokoh masyarakat di luar Jawa. Kalau bisa Menteri Erick dapat segera berkomunikasi dengan tokoh masyarakat di sana. Namun yang terpenting adalah kedekatan Menteri Erick tadi juga diketahui oleh masyarakat baik itu melalui media sosial maupun media main stream," kata Anang.

Semakin bersinarnya elektabilitas Erick, Anang melihat Erick idealnya dapat disandingkan dengan capres yang berasal dari kader parpol. Dari capres yang saat ini unggul, hanya Prabowo Subianto dan Ganjar yang berasal dari parpol.

"Erick ideal bersanding dengan capres dari parpol karena untuk menciptakan stabilitas politik ketika mereka memimpin," ucap dia.

Menurut dia, untuk menciptakan stabilitas politik tersebut capres harus memiliki skil dan pengalaman serta pandai dalam menggelola isu politik. Erick Thohir, kata dia, lebih condong ke profesional sehingga dapat melengkapi capres yang berasal dari parpol.

"Stabilitas politik itu penting, namun kalau tak didukung oleh profesionalisme maka hasilnya hanya pencitraan saja. Sehingga kombinasi politik dan profesionalisme akan ciptakan kepemimpinan Nasional yang tanguh," ujar Anang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement