Kamis 22 Sep 2022 22:39 WIB

Satgas: Cakupan Vaksin Booster Masih Rendah, Baru Capai 26 Persen

Aturan yang ada belum mampu mendorong peningkatan vaksinasi booster masyarakat.

Rep: dessy suciati saputri/ Red: Hiru Muhammad
Tenaga kesehatan menyuntikan vaksin booster Covid-19 kepada warga di sentra vaksinasi di kawasan Kota Tua, Jakarta, Jumat (16/9/2022). Pemerintah pusat menjamin ketersediaan stok vaksin Covid-19 masih mencukupi untuk memenuhi permintaan daerah. Sementara Menteri Kesehatan menargetkan jumlah penerima vaksin ketiga atau vaksin booster pada awal 2023 mendatang mampu mencapai 100 juta penduduk. Republika/Thoudy Badai
Foto: Republika/Thoudy Badai
Tenaga kesehatan menyuntikan vaksin booster Covid-19 kepada warga di sentra vaksinasi di kawasan Kota Tua, Jakarta, Jumat (16/9/2022). Pemerintah pusat menjamin ketersediaan stok vaksin Covid-19 masih mencukupi untuk memenuhi permintaan daerah. Sementara Menteri Kesehatan menargetkan jumlah penerima vaksin ketiga atau vaksin booster pada awal 2023 mendatang mampu mencapai 100 juta penduduk. Republika/Thoudy Badai

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyampaikan, kenaikan cakupan vaksinasi booster Covid-19 hingga saat ini masih belum signifikan. 

“Kenaikan angka cakupan vaksin booster belum signifikan. Sejak diberlakukan program booster pada awal tahun menuju akhir tahun ini, cakupannya baru sebesar 26 persen saja,” kata Wiku saat konferensi pers yang disiarkan melalui kanal Youtube Sekretariat Presiden, Kamis (22/9/2022).

Baca Juga

Meskipun sudah diberlakukan penegakan aturan wajib booster untuk bepergian dan memasuki tempat umum, namun aturan ini belum mampu mendorong peningkatan vaksinasi booster masyarakat.“Pengaturan wajib booster yang dikeluarkan 26 Agustus lalu juga belum mampu menaikan cakupan vaksin booster secara signifikan. Ditandai dari kenaikan cakupan yang kurang dari 1 persen,” ujar dia.

Padahal, kata Wiku, vaksinasi booster ini merefleksikan kesadaran masyarakat untuk melindungi dirinya sendiri maupun orang lain. Menurutnya, kesadaran masyarakat diperlukan agar pandemi dapat segera berakhir dan Indonesia bisa segera memulai transisi ke endemi.

Wiku menilai, masih rendahnya cakupan vaksinasi Covid-19 menunjukan bahwa pemerintah dan masyarakat masih perlu untuk berhati-hati dalam mengakhiri pandemi.

“Kesimpulannya, kita perlu berhati-hati dalam memaknai akhir pandemi. Kita perlu melihat perspektif yang lebih luas dan lebih dalam dari aspek kesiapan seluruh lapisan masyarakat dan pemerintahnya untuk bersama-sama bertanggung jawab mencegah terjadinya kenaikan kasus di kemudian hari,” jelas Wiku.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement