Selasa 21 Jun 2022 17:22 WIB

Pengamat: Nasdem-PKS, Bisa Jadi Motor Poros Baru

PKS dan Nasdem dipertemukan oleh sosok capres yang ingin mereka usung.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Ilham Tirta
Rapat Kerja Nasional (Rakernas) PKS 2022 di Jakarta, Senin (31/1/2022).
Foto: Prayogi/Republika.
Rapat Kerja Nasional (Rakernas) PKS 2022 di Jakarta, Senin (31/1/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah usai Rakernas Nasdem Jumat (17/6/2022), yang membawa tiga nama kandidat calon presiden (capres), kini Rapimnas PKS yang ditutup Selasa (21/6/2022), berpeluang memunculkan motor kekuatan poros baru. Sebab, beberapa nama capres dari PKS yang semakin menguat adalah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang juga masuk dalam salah satu kandidat capres Partai Nasdem.

Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis (TPS), Agung Baskoro mengungkapkan, Rapimnas PKS yang digelar sejak Senin (20/6/2022) kemarin, ditutup Selasa (21/6/2022), hari ini. Namun di luar dugaan, Rapimnas PKS ini tak menghasilkan nama-nama capres definitif, walaupun berdasarkan survei di internal PKS nama Anies semakin menguat.

Baca Juga

"Nama Anies di internal masih unggul jauh, disusul Prabowo Subianto, yang keduanya juga masih menjadi primadona kader PKS dari eksternal," kata Agung kepada wartawan, Selasa (21/6/2022).

Dalam konteks dinamika koalisi, menurut Agung, pergerakan PKS pasca-rapimnas untuk berkomunikasi dengan Nasdem yang rencananya digelar besok (22/6/2022), semakin menguatkan kemungkinan prospek terbentuknya poros baru. Apalagi kedua partai di tingkat akar rumput memiliki kesamaan, soal sosok Capres di diri Anies Baswedan.

"Walaupun kans PKS merapat ke Koalisi KIR (Kebangkitan Indonesia Raya, PKB dan Gerindra) masih terbuka, namun pengalaman tak baik di Pilpres 2019 ketika Gerindra merapat ke istana dan di DKI Jakarta soal jatah wakil gubernur, tampaknya masih meninggalkan luka yang belum pulih sepenuhnya," kata dia.

Hal lainnya, Agung melihat, disebabkan oleh elektabilitas Anies yang jauh mengungguli Prabowo di survei internal kader PKS. Dan harus diakui, nama Anies ini diyakini bisa membawa efek ekor jas (coattail effect) lebih besar ke PKS. Jauh lebih besar ketimbang PKS mendukung Prabowo dengan Gerindra yang sudah sangat solid.

Realitas politik koalisi baru Nasdem-PKS itu bila terwujud, menurut Agung, tentu hanya meninggalkan pekerjaan rumah soal melengkapi Presiden Threshold 20 persen. Yakni memastikan minimal satu partai lagi sebagai mitra koalisi agar ambang batas presidential threshold bisa terpenuhi.

"Dan pada tahap ini kemungkinan terbesarnya ada di Partai Demokrat yang sudah menanti perjodohan dengan PKS-Nasdem," ungkapnya.

Problemnya, Apakah PKS-Nasdem sepakat membawa nama Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai cawapres Anies. Sebagai syarat untuk memenuhi misi Partai Demokrat yang sejak awal mengusung sang ketum ikut Pilpres 2024. Ini menurutnya, masih menjadi misteri dan mungkin membutuhkan waktu untuk disepakati bersama.

Namun setidaknya, Agung yakin, sosok Anies bisa diterima sebagai figur capres tak memiliki masalah dengan Partai Demokrat, AHY, maupun Presiden SBY. Malah Anies merangkum sejarah manis karena terlibat Konvensi Capres Demokrat saat menyambut Pilpres 2014, lalu.

Kemudian, AHY juga menjadi bagian dari kemenangan Anies ketika Pilkada DKI Jakarta putaran ke-2. Ketika itu, AHY-Silvy yang kalah melabuhkan suaranya ke Anies-Sandi agar menang melawan Ahok-Djarot.

"Akhirnya drama dan dinamika koalisi pasca rapimnas PKS ini akan memberi latar bagi konstelasi politik secara nasional beberapa waktu ke depan," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement