Jumat 22 Apr 2022 00:52 WIB

Sosok Kartini Masa Kini bagi Futri Zulya

Isu perempuan dan anak masih perlu banyak perhatian di negeri ini

Futri Zulya mengidolakan Sri Mulyani dan Susi Pudjiastuti sebagai sosok Kartini di era modern.
Foto: Dok istimewa
Futri Zulya mengidolakan Sri Mulyani dan Susi Pudjiastuti sebagai sosok Kartini di era modern.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hari Kartini yang jatuh tepat di 21 April, memiliki makna tersendiri bagi seorang Futri Zulya. Terlebih putri pertama Wakil Ketua MPR, Zulkifli Hasan, itu sangat menaruh perhatian lebih pada isu-isu seputar perempuan dan anak.

Bagi Futri, sosok Kartini di era modern tak hanya dapat dipetik dari tokoh perempuan dalam negeri. Bahkan perempuan-perempuan hebat dari berbagai negara bisa mewakili sosok pandangan Kartini saat ini.

Salah satunya Michelle Obama. Buat Futri, Michelle Obama juga layak disandingkan dengan Kartini di era modern. Tak hanya sebagai istri mantan presiden negara adidaya, Michelle juga dinilai cerdas dan mampu mengimbangi Obama saat menjabat sebagai presiden.

Untuk dalam negeri, Futri mengagumi sosok menteri dan mantan menteri di era Pemerintahan Joko Widodo yakni Sri Mulyani dan Susi Pudjiastuti. "Bu Sri Mulyani dan Bu Susi itu menurut saya Kartini di era sekarang. Mereka luar biasa, perempuan yang strong, dan pintar," ujar Futri saat ditemui usai peluncuran buku terbarunya bertajuk Rantau, Kamis (21/4/2022).

Ketertarikan Futri pada dunia perempuan dan anak pada dasarnya sudah ada sejak dulu. Makanya saat berbisnis pun bidang yang ia pilih tak jauh dari soal perempuan dan anak. Terlebih saat sudah punya anak, perihal pendidikan anak juga jadi perhatiannya.

"Aku akhirnya buat sekolah anak, awalnya PAUD dari aku sewa ruko muridnya cuma sembilan. Sekarang sekolahnya sudah sampai jenjang SD dan ada ratusan anak," ungkapnya.

Tak hanya sekolah komersil, Futri atas inisiatif sang ayah, juga mendirikan sekolah gratis di Lampung Selatan. Awalnya sang ayah ingin anak-anak di Lampung punya kesempatan mendapat pendidikan yang baik tanpa biaya. Akhirnya dibuatlah SMA Kebangsaan, dengan menerapkan proses seleksi masuk, mereka yang berhasil lolos seleksi akan mendapat beasiswa alias sekolah gratis.

Kini setelah sekian lama berkecimpung di dunia bisnis, Futri mulai mengikuti jejak sang ayah dan adiknya yang lebih dulu terjun ke dunia politik. Futri mengatakan ketertarikannya pada dunia politik juga berlandaskan kepeduliannya pada isu perempuan dan anak. Ia ingin lebih bermanfaat bagi banyak orang dengan terjun ke dunia politik.

"Memang di bisnis kita bisa juga memberi impact ke banyak orang dengan memberi lapangan pekerjaan. Tapi dengan politik, impactnya bisa lebih besar karena bisa menghasilkan kebijakan yang mempengaruhi lebih banyak orang," ujarnya.

Apalagi menurutnya isu perempuan dan anak masih perlu banyak perhatian di negeri ini. Futri pun sangat mengapresiasi disahkannya UU terkait TPKS kemarin di DPR. Menurutnya ini merupakan langkah menggembirakan. Sebab hingga saat ini isu kekerasan seksual dan KDRT masih sering terpinggirkan.

"Banyak korban KDRT dan kekerasan seksual belum terjamah, boro-boro mau lapor, kadang laporannya ditolak. Aku concern banget di situ dan di politik ada jalannya," kata ibu dua anak tersebut.

Menurutnya sebagai perempuan harus menjadi sosok yang tangguh. Sebab perempuan dalam unit terkecil masyarakat itu ibaratnya menjadi tiang atau pondasi. "Kalau ibunya rontok satu keluarga rontok. Makanya saya harap perempuan indonesia stay strong, tetap berkarya, tapi tetap tak melupakan kodratnya," tutup Futri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement