Kamis 21 Apr 2022 17:08 WIB

Saiful Mujani Beberkan Enam Faktor Penentu Koalisi Pilpres 2024

Nahdlatul Ulama masuk dalam salah satu faktor penentu koalisi Pilpres 2024.

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Andri Saubani
Founder Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Saiful Mujani.
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Founder Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Saiful Mujani.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pendiri Saiful Mujani Research Consulting (SMRC), Saiful Mujani mengungkapkan bahwa enam faktor yang akan mempengaruhi koalisi pemilihan presiden (Pilpres) 2024. Pertama adalah faktor ideologi partai yang saat ini terbagi menjadi dua, yakni nasionalis dan Islam.

Ia menilai, saat ini partai yang paling memiliki status sebagai partai nasionalis adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Sedangkan partai yang paling berideologi Islam adalah Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Baca Juga

"Sementara pemilih sendiri sikapnya cenderung nasionalis, secara nasional pemilih kita dalam spektrum Islam dan nasionalis itu cenderung nasionalis. Itu yang menjelaskan partai-partai nasionalis itu lebih laku, karena sesuai dengan sentimen mereka sendiri untuk berpolitik dalam Indonesia," ujar Saiful dalam sebuah diskusi, Kamis (21/4/2022).

Faktor kedua adalah komunikasi antarelite partai politik. Hal ini menjadi faktor, karena ia masih melihat adanya sejumlah pimpinan partai yang memiliki friksi atau masalah akibat keputusan politik di masa lalu.

Salah satunya adalah PDIP dengan Partai Demokrat yang merupakan konflik antara Megawati Soekarnoputri dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Hal ini ketika keduanya tak pernah berada dalam satu koalisi pemerintahan, ketika keduanya memiliki masa berkuasa.

"Setahu saya Demokrat ingin bergabung dengan pemerintah, tapi nampaknya PDIP tak menerima ini. Jadi tidak mudah kan, dalam konteks itu akan mempengaruhi bagaimana koalisi akan terbentuk," ujar Saiful.

Faktor selanjutnya adalah tiga partai besar pemilik suara terbanyak, yakni PDIP, Partai Gerindra, dan Partai Golkar. Ia melihat ketiga partai tersebut akan menjadi poros utama koalisi dalam Pilpres 2024.

Keempat adalah intensitas harus menjadi calon presiden. Intensitas tersebut paling terlihat kepada Partai Gerindra yang kemungkinan besar akan sekali lagi mengusung Prabowo Subianto sebagai capres.

"Mungkin pertimbangannya adalah efek Pak Prabowo terhadap Partai Gerindra itu sendiri partai-partai lain tak sekuat Pak Prabowo. Misalnya Golkar dengan Pak Airlangga mungkin belum begitu yakin apakah maju nomor satu," ujar Saiful.

Kelima adalah elektabilitas bakal calon presiden. Ia melihat, saat ini setidaknya ada tiga nama teratas yang memiliki elektabilitas tertinggi, yakni Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan.

Faktor terakhir adalah organisasi masyarakat Nahdlatul Ulama (NU). Basis masyarakat nahdliyin yang besar tentu akan menjadi salah satu pertimbangan partai politik dalam koalisi untuk mengusung setidaknya tokoh NU menjadi calon wakil presiden.

Setidaknya, hal tersebutlah yang selalu menjadi faktor pertimbangan bagi PDIP dalam setiap kontestasi. Hal itu mulai terlihat ketika Megawati Soekarnoputri menggandeng Hasyim Muzadi sebagai calon wakil presiden pada Pilpres 2004.

"Di 2014 Pak Jusuf Kalla juga tokoh NU, kemudian di 2019 Pak Jokowi dengan Pak Ma'ruf Amin tokoh NU. Jadi unsur ini (NU) begitu penting akan mempengaruhi pola-pola koalisi," ujar Saiful.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement