Selasa 19 Apr 2022 11:06 WIB

Mahfud MD: Komunisme dan Radikalisme tidak Berkembang di Indonesia

Jika radikalisme tak dikontrol, Indonesia bisa seperti Suriah dan Afganistan.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam), Mohammad Mahfud MD.
Foto: Republika/Abdan Syakura
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam), Mohammad Mahfud MD.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum,dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD berpendapat, ajaran Islam wasathiyah di kalangan Muslim Indonesia telah membentuk kekuatan komunal. Sehingga komunisme yang bersifat ekstrem dan anti-Tuhan tidak dapat menguasai bangsa Indonesia.

"Walaupun sempat berkembang dan membentuk partai politik namun tidak berhasil melakukan revolusi dan membentuk diktator ploretariat," kata Mahfud dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Selasa (19/4/2022).

Demikian pula dengan radikalisme di Indonesia, lanjut dia, paham tersebut tidak mudah berkembang di Indonesia. Hal itu karena Islam yang diyakini masyarakat Indonesia adalah Islam wasathiyah atau moderat. Saat ini, menurut Mahfud, masih terdapat pemikiran dan kelompok radikal yangmenunjukkan manifestasi dalam bentuk aksi teror hingga mengorbankan manusia dan harmoni sosial.

Namun, perkembangan paham itu masih dapat dikendalikan. "Jika paham radikalisme ini tidak terkontrol dan menjadi keyakinan mayoritas umat Islam, tentu Indonesia akan dengan mudah menjadi, seperti Suriah dan Afganistan," kata Mahfud.

Guru besar Universitas Islam Indonesia (UII) tersebut menekankan pentingnya menjaga kehidupan sosial dan moral peradaban masyarakat sesuai dengan ajaran Islam, sebagai agenda utama untuk mencegah berkembangnya komunisme dan radikalisme. "Komunisme dan radikalisme, sebagai pandangan dan cara berpikir, tentu memiliki kesempatan untuk bangkit dan merebak jika ada pada situasi dan kondisi sosial yang tepat," kata Mahfud.

Dalam webinar bertemakan 'Komunisme dan Radikalisme dalam Pandangan Islam' yang diselenggarakan oleh Center for Information and Development Studies Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (Cides ICMI) di Jakarta, Senin (18/4), Mahfud mengatakan, untuk mencapai tujuan masyarakat tanpa kelas, komunisme berada di titik ekstrem dengan menghalalkan segala cara.

Pun dengan dadikalisme juga bertentangan dengan ajaran Islam, dari titik paling prinsipil hingga praktik yang dilakukan. Ajaran Islam meletakkan kebenaran mutlak hanya milik Allah SWT, sedangkan kebenaran manusia bersifat relatif. "Oleh karena itu, setiap yang diyakini sebagai kebenaran oleh manusia harus selalu menyisakan ruang untuk melihat dan berdialog dengan kebenaran lain," ucap Mahfud.

"Hal ini tidak berlaku dalam pandangan radikalisme yang berpangkal pada klaim kebenaran tunggal, yang ada pada kelompok mereka sendiri. Kelompok lain pasti salah dan harus tunduk pada kebenaran yang mereka yakini. Jika tidak tunduk, maka harus dibinasakan dengan menghalalkan semua cara termasuk penyiksaan dan pembunuhan," ujar Mahfud menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement