Rabu 02 Mar 2022 18:58 WIB

Kisah Andri, Harus Tinggalkan Jenazah Saudaranya Saat Gempa Melanda Pasaman

Dunia berputar kencang dalam kepalanya, sementara keputusan harus segera diambil.

Warga melintas di depan rumah yang rusak akibat gempa di Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat, Jumat (25/2/2022).
Foto:

Empat menit berselang setelah keluar rumah, gempa kedua datang mengguncang sekitar pukul 08.39 WIB dengan magnitudo 6,1. Gempa inilah yang mengakibatkan rumah-rumah warga di Pasaman Barat rusak.

"Saat itu kondisinya benar-benar panik. Dalam pikiran saat itu adalah lari dan selamatkan diri dan keluarga, kami terus berlari sampai ke area persawahan," katanya mengenang.

Ia beserta isteri dan anak bertahan cukup lama di area persawahan karena takut dengan gempa susulan. Di lokasi yang sama juga ada warga lain yang ikut menyelamatkan diri.

"Kami bertahan di sana cukup lama karena isteri dan anak takut. Gempa susulan juga terus terjadi," katanya.

Tanpa terasa waktu sudah sore dan situasi mulai agak tenang, Andri langsung membawa keluarganya pulang ke rumah untuk melanjutkan prosesi jenazah kakaknya. Namun apa yang ia dapat saat kembali? rumah di sepanjang jalan yang ia lalui mengalami kerusakan hingga ada yang roboh, tanpa terkecuali rumah tetangganya.

Ia tidak menyangka gempa yang baru saja terjadi akan berdampak separah itu di Kampung Pasia, Kenagarian Kajai. Andri kembali dilanda bingung karena memikirkan cara melanjutkan prosesi pemakanan terhadap jasad kakaknya. Karena otomatis warga ataupun orang kampung sedang sibuk mengurusi rumahnya masing-masing.

Singkat cerita, akhirnya jenazah sang kakak hanya dishalatkan di rumah saja, kemudian diantar ke tempat pemakaman bersama enam orang warga. "Hanya enam orang yang pergi untuk mengantar dan menguburkan saat itu, selesai sekitar pukul 18.30 WIB," ceritanya sambil mengurut kepala.

Walaupun demikian, Andri tidak ingin menyalahkan siapapun saat itu karena ia sadar warga juga sedang tertimpa musibah akibat gempa. Setelah prosesi pemakanan selesai, Andri berjalan pulang ke rumah bersama enam warga yang ikut membantu. Sesampainya di rumah, ia langsung mengecek seluruh bagian rumah.

"Ternyata rumah saya rusak di beberapa bagian seperti dinding dan kamar mandi mengalami retak, kondisi rumah juga miring," katanya getir.

Lagi dan lagi, ujian belum berhenti menghinggapi kepala pria itu. Awalnya, ia berniat tinggal di rumah saja, tapi karena mempertimbangkan keamanan dan keselamatan keluarga, akhirnya diputuskan mengungsi.

"Anak dan isteri saya masih cemas dan takut, gempa susulan terus terjadi hingga malam hari. Saya sampai di lokasi pengungsian Kantor Bupati Pasaman Barat menjelang tengah malam," kata dia.

Laki-laki yang memiliki perawakan tegas itu mengakui hampir saja menyerah dan putus asa menghadapi kenyataan. Karena bencana datang kepadanya secara tiba-tiba dan berentetan. Namun berkat ketabahan, kesabaran, dan fokusnya menjaga keluarga tercinta, situasi yang genting itu bisa dilalui sekalipun berat.

Kerusakan...

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement