REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PDI Perjuangan menggelar perayaan khusus memperingati hari lahir (Harlah) Nahdlatul Ulama (NU) ke-96 secara hybrid, pada Sabtu siang. Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto dalam keterangan tertulisnya mengatakan, perayaan itu akan dilakukan dalam sebuah dialog dengan tema "Bersama Merawat Indonesia" di Kantor DPP PDIP, Menteng, Jakarta.
Hasto mengatakan, PDIP dan NU memiliki sejarah panjang bersama. Bahkan, banyak kader NU yang saat ini menjadi kepala daerah.
Hasto menegaskan, PDIP terus membangun semangat gotong royong dengan seluruh komponen bangsa. "Berdasarkan catatan sejarah, NU menjadi ormas keagamaan yang sejak kelahirannya telah memiliki visi kebangsaan bagi kemerdekaan Indonesia. Dari lambang NU saja sudah mencerminkan semangat kepemimpinan Islam Nusantara, Islam sebagai rahmatan lil alamin bagi dunia. Kepeloporan NU inilah yang sangat diapresiasi PDIP," jelasnya.
PDIP sebagai penerus ideologi nasionalis yang digagas oleh Soekarno terus merawat dan melanjutkan kedekatan antara Presiden Soekarno dengan para pendiri NU seperti KH Hasyim Asyari, dan KH Wahab Hasbullah.
Pria asal Yogyakarta itu menjelaskan, dalam dialog Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri akan memberikan sambutan. "Ibu Megawati akan memberikan sambutan bersama Ketua Umum PBNU Bapak KH Yahya Cholil Staquf yang akrab disapa Gus Yahya," kata Hasto.
Selain dua narasumber utama tersebut, Hasto mengatakan, dirinya akan berbicara dengan sejumlah tokoh yakni Ahmad Basarah (Wakil Ketua MPR RI), Eri Cahyadi (Walikota Surabaya), Hamka Haq (Ketua DPP PDI Perjuangan) Mochamad Nur Arifin (Bupati Trenggalek) dan Zuhairi Misrawi (Dubes RI untuk Tunisia).
"Ulama kondang Gus Miftah Gus akan memandu dialog," ujar Hasto. PDIP dalam memperingati Harlah NU ini, sebagaimana juga tahun lalu, sebagai wujud soliditas religius dan nasionalisme di Indonesia.