Rabu 29 Dec 2021 03:59 WIB

Omicron Jadi Peringatan Masyarakat tidak Dulu ke Luar Negeri

Mayoritas kasus positif Omicron merupakan pelaku perjalanan internasional.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Friska Yolandha
 Pelancong menunggu untuk diperiksa oleh personel Administrasi Keamanan Transportasi (TSA) sebelum terbang di Bandara Nasional Ronald Reagan Washington di Arlington, Virginia, AS, 27 Desember 2021. Hingga saat ini kasus Omicron telah terdeteksi di 115 negara dengan total kasus lebih dari 184 ribu.
Foto: EPA-EFE/MICHAEL REYNOLDS
Pelancong menunggu untuk diperiksa oleh personel Administrasi Keamanan Transportasi (TSA) sebelum terbang di Bandara Nasional Ronald Reagan Washington di Arlington, Virginia, AS, 27 Desember 2021. Hingga saat ini kasus Omicron telah terdeteksi di 115 negara dengan total kasus lebih dari 184 ribu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito berharap, bertambahnya kasus Omicron di Indonesia menjadi peringatan bagi masyarakat untuk tidak melakukan perjalanan ke luar negeri tanpa alasan mendesak. Ia menyebut hingga saat ini di Indonesia telah terdeteksi 47 kasus positif Omicron.

Selain itu, mayoritas kasus positif Omicron di Indonesia merupakan WNI pelaku perjalanan internasional.

Baca Juga

"Transparansi data yang disampaikan oleh pemerintah terkait jumlah penularan Omicron hendaknya disikapi sebagai peringatan agar masyarakat tidak melakukan perjalanan ke luar negeri untuk alasan yang tidak mendesak," ujar Wiku dalam keterangan persnya secara daring, Selasa (28/12).

Ia pun berharap masyarakat  dapat mengambil peran dalam mencegah masuknya varian omicron ke Indonesia. Ini mengacu tren perkembangan kasus Omicron yang terus meningkat baik di tingkat global dan nasional.

"Kita harus terus mengantisipasi agar penularan varian ini dapat ditekan seminimal mungkin di Indonesia," katanya.

Wiku kembali mengingatkan, hasil telaah data menunjukkan mayoritas kasus positif Omicron merupakan pelaku perjalanan internasional yang mendorong pemerintah untuk mengetatkan pengawasan di pintu-pintu masuk kedatangan luar negeri.

"Utamanya dari negara-negara yg tingkat kasus omicronnya terdeteksi tinggi. Satgas berharap masyarakat juga dapat mengambil peran dalam mencegah masuknya varian Omicron ke Indonesia," katanya.

Hingga saat ini kasus Omicron, kata Wiku, telah terdeteksi di 115 negara dengan total kasus lebih dari 184 ribu. Dimana Inggris menempati tempat pertama dengan jumlah kasus Omicron tertinggi di dunia. Peningkatan konstan juga terlihat di Amerika Serikat, Jerman dan Prancis, yang jumlah kasus Omicronnya lebih tinggi dibandingkan dengan Norwegia dan Afrika Selatan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement