REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ridwan Saidi, Politisi Senior, Sejarawan, dan Budayawan Betawi.
...Yang kaya makin kaya
Yang miskin makin miskin...
Penyanyi dangdut Titing Jenny mulai karir 1966, tahun lahir Orde Baru. Titing bekend sebagai penyanyi dangdut, selain Elvy Sukaesih. Kalau Rhoma Irama Raja Dangdut (photo atas Rhoma, kanan, dan RS, kiri).
Wilayah pengaruh Rhoma seluruh penggemar dangdut dalam negeri dan luar negeri.
Sebelum genre penyanyi di atas, bintang musik Melayu yang bekend pada 1950-an Munif Bahaswan. Pada tanggal 8 Desember 2021 Munif wafat. Saya sangat berduka.
Zaman Menteri Penerangan Mashuri lagu Rhoma Rupiah dilarang siar di TVRI dan RRI. Ketika Golkar membentuk Artis Safari, Rhoma tak mau ikut, dan menurut Rhoma, penyanyi pop Vivi Sumanti juga tidak bersedia.
Tanggal 15 Maret 1982 kampanye perdana PPP di lapangan Banteng yang diperkuat Rhoma dan Soneta Grup. Pengunjung tumpah ruah, yang menurut harian Kompas persisnya itu terjadi pada 19 April 1982. Masa membludak hinga kawasan sekitar lapangan banteng. Masa mencapai setengah juta atau 500.000 orang.
Di depan massa dalam pidato campaign saya keluarkan yel:
Yang kaya makin kaya
Yang miskin makin miskin
Yel-Yel ini diikuti ratusan ribu pengunjung yang nyaris histeris.
Beberapa hari kemudian Rhoma kontak aku menyatakan tertarik dengan yel yang aku bawakan di Banteng. Rhoma ingin angkat itu menjadi lyric lagu."Tafadhal, Ji,'' kataku menyilahkan.
Tak lama lagu dangdut 'Yang Kaya Makin Kaya' beredar dan masyarakat menyambut sangat antusiam. Namun rezim Orde Baru tak suka. Itu dulu. Kalau sekarang mungkin lyric yang asyik:
Yang penting bisa kaya
Paling juga dipenjara
Pada jaman Revolusi phisik juga ada lagu yang dilarang. Bukan oleh pemerintah RI, tetapi oleh kaum ibu. Lagu ini biasa dinyanyikan anak tanggung beramai-ramai sambil jalan santai. Kalau pas ada ibu lagi pegang ember berisi air kami pasti diguyur. Lyric lagunya:
Potong-potong roti
Roti campur mentega
Belanda ude pergi
Ninggalin janda-janda
Daag mevrouw ya..!