REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman menyoroti bencana yang mulai banyak terjadi di Tanah Air, seperti banjir dan tanah longsor. Dicky meminta pemerintah membuat mitigasi untuk mengantisipasi korban bencana bisa berkumpul di tempat pengungsian tanpa memunculkan klaster Covid-19.
Dicky mengingatkan, Indonesia adalah lokasi rawan bencana pada musim penghujan seperti saat ini. Apalagi, hujan di akhir tahun nanti membuat bencana berpotensi menjadi ancaman dan langganan.
"Ini yang harus diwaspadai, apalagi Indonesia akan memasuki Desember dan Januari. Dua bulan ini sangat rawan dari sisi potensi bencana," ujarnya saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (10/11).
Menurut Dicky, ketika bencana terjadi, maka situasi yang timbul adalah kepadatan orang-orang di tempat pengungsian, termasuk mereka yang belum divaksinasi Covid-19. Ia mengingatkan yang paling tinggi risikonya adalah orang yang belum divaksin tersebut.
Karena itu, ia meminta pihak Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di pusat maupun daerah menyiapkannya. "Kalau terjadi longsor bisa pindah dulu atau bagaimana (solusinya)," katanya.
Tak hanya itu, ia meminta pemerintah daerah (pemda) yang wilayahnya rawan bencana memperkuat cakupan vaksinasi. Sebab, ia mengkhawatirkan cakupan vaksinasi Covid-19 yang belum merata.
Ini terutama cakupan vaksinasi kelompok lanjut usia (lansia) yang hingga saat ini belum sampai 50 persennya mendapatkan dua dosis lengkap. Menurutnya, baru tiga provinsi yang mencapai lebih dari itu, yaitu Yogyakarta, Jakarta, Bali. Sedangkan sisanya masih jauh dibawah 50 persen.
"Ini menjadi pekerjaan rumah (PR) untuk memperluas cakupan vaksinasi, terutama daerah rawan bencana, baik itu di Jawa, Sumatra, hingga Sulawesi," katanya.
Dicky meminta pemerintah melakukan mitigasi memastikan masyarakat yang rawan, termasuk memetakan masyarakatnya yang belum bisa divaksin atau memiliki penyakit penyerta (komorbid) dan lansia. Ia menyarankan pemerintah memulai opsi penyiapan tempat pengungsian yang aman.
Seperti diketahui, banjir mengepung sejumlah wilayah di Indonesia sejak akhir Oktober 2021. Pekan lalu, ratusan warga Kota Batu, Jawa Timur mengungsi akibat banjir bandang di wilayah tersebut. Sementara, banjir yang lama terjadi di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat dan sekitarnya. Di sana, sebanyak 140.468 jiwa terdampak banjir dan telah dibangun 32 titik pengungsian.
Pengungsian juga terjadi di wilayah lain yang terdampak banjir dan tanah longsor seperti di Sukabumi, Tangerang, dan Aceh. Namun, hingga saat ini belum ada laporan adanya klaster Covid-19 di tempat pengungsian para korban bencana.
Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil mengimbau kepala daerah dan kepala BPBD se Jabar untuk siaga satu menghadapi musim hujan. Gubernur Jabar membuat Surat Keputusan Gubernur (Kepgub) Nomor 360/Kep.606-BPBD/2021 tentang Status Siaga Darurat Bencana Banjir dan Bencana Tanah Longsor di daerah Jabar.
"Saya sudah mengimbau kepala daerah bupati wali kota, kepala BPBD siaga satu di musim penghujan ini," ujar Ridwan Kamil, Rabu (10/11).
Emil mengatakan, musim hujan diperkirakan akan berlangsung sampai awal 2022. Menurutnya, ada dua potensi bencana saat musim hujan, yakni banjir dan tanah longsor.
“Ini musim penghujan sampai Februari-Maret, musim penghujan itu biasanya mengakibatkan dua potensi kebencanaan, satu banjir yang sering kita lihat, kedua adalah longsor biasanya di daerah yang miring,” katanya.