REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Varian baru Covid-19 bernama mu tengah menjadi perhatian, usai varian delta menyerang Indonesia dan negara-negara lain. Epidemiolog dari Centre for Environmental and Population Health Griffith University, Australia, Dicky Budiman, mengatakan disiplin protokol kesehatan, vaksinasi, serta penerapan tracing, testing, treatment (3T) tetap menjadi solusi efektif untuk mencegah penularan Covid-19 varian mu.
"Sebetulnya reaksi, respons, atau strateginya tetap sama, yaitu 3T, 5M dan vaksinasi," kata Dicky dalam keterangannya, Kamis (9/9).
Dicky mengatakan, varian mu tetap harus diawasi penularannya. Sebab, varian ini sudah menyebar di 43 negara. Dicky pun mengatakan siapapun termasuk penyintas Covid-19 tetap berpotensi terinfeksi varian mu.
"Terinfeksi delta, terinfeksi alfa, ya, bisa terinfeksi dengan mu," ujarnya.
Dicky mendukung langkah pemerintah memperketat pintu masuk negara. Menurut dia, bagi warga yang masuk ke Indonesia tidak cukup hanya menunjukkan hasil tes negatif Covid-19.
"Tapi karantina efektif selama tujuh hari bagi yang sudah divaksin lengkap dengan vaksin yang efektif misal messenger RNA, kemudian tesnya negatif. Kalau yang belum vaksin lengkap karantina 14 hari, kemudian tesnya negatif," katanya.
Sementara anggota Komisi IX DPR, Nurhadi, menilai varian baru mu yang kini sudah dideteksi masuk ke beberapa negara harus betul-betul diwaspadai. Indonesia perlu belajar dari kasus varian delta yang masuk ke Indonesia dari India.
"Waktu itu warga India ke Indonesia lewat udara tanpa seleksi dan prosedur yang ketat. Oleh sebab itu kasus seperti itu tidak boleh terulang kembali,” ujar Nurhadi.
Menurut Nurhadi, prokes tetap harus menjadi protokol baru dalam kehidupan masyarakat, terutama disiplin mengenakan masker. "Kita berharap pemerintah terus menerus melakukan sosialisasi tentang disiplin prokes, termasuk setelah pandemi ini," tegasnya.