REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Iwan Ariawan mengatakan bahwa tren angka kematian di Indonesia masih terkendali. Meskipun telah muncul varian baru Arcturus.
"Kalau pemantauan kami saat ini case fatality rate atau tingkat kematian COVID-19 di Indonesia di bawah satu persen. Artinya buat satu penyakit itu rendah," kata Iwan di Jakarta, Jumat (31/3/2023).
Iwan mengatakan, penularan varian Arcturus atau XBB 1.16 masih sama dengan varian sebelumnya, yakni melalui kontak dekat dan penularan melalui udara (droplets). Jenis varian itu juga masih satu rumpun dengan Omicron, sehingga penularannya memang cepat namun gejala yang ditimbulkan pada orang kebanyakan tidak terlalu berat.
Hanya saja, varian Arcturus harus diantisipasi karena menimbulkan lonjakan kasus baru di India dan telah terdeteksi di Singapura dan Amerika. Menurut Iwan, masyarakat tidak perlu khawatir dengan adanya mutasi varian baru. Penggunaan masker masih dinilai efektif menangkal infeksi menyebar melalui udara, sehingga masyarakat diharapkan tetap menerapkan protokol kesehatan ketika beraktivitas.
Di samping masker, vaksinasi COVID-19 juga masih ampuh guna membentuk anti bodi untuk melawan virus dalam tubuh agar tidak terjadi gejala berat maupun kematian. Para ahli epidemiologi pun juga sudah menganalisis kegunaan vaksin sampai di tingkat booster.
"Dari data kita sendiri, kami pernah menganalisis vaksin ini ada gunanya atau tidak. Salah satu analisis yang dilakukan adalah kita melihat, angka kematian COVID-19 ada yang sudah divaksin satu kali dua kali dan booster. Dan itu sangat terlihat yang sudah divaksinasi apalagi sudah booster, risiko kematiannya turun jauh apalagi pada lansia jadi kita benar-benar melihat efek dari vaksin," katanya.
Iwan memastikan jika semua jenis vaksin COVID-19 yang tersedia di Indonesia mempunyai efek proteksi yang sama. Terlebih bila masyarakat melengkapi dosisnya sampai booster kedua, maka proteksi diri dari potensi kematian jauh lebih kuat.
"Dan kita lihat (sekarang angka kematian) tetap di bawah satu persen. Jadi saat ini terkendali, kalau kita terus dengan cakupan vaksinasitetap tinggi, saya yakin kita tetap dalam situasi terkendali. Virusnya masih ada tapi kita tetap terkendali artinya virus itu tidak jadi masalah besar bagi kesehatan masyarakat kita," kata Iwan.