Rabu 11 Aug 2021 15:21 WIB

Nadiem Sebut Inovasi Indonesia Kurang Diberi Tempat

Bangsa Indonesia harus semakin percaya diri untuk mengembangkan karya inovasi.

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Mas Alamil Huda
Mendikbudristek Nadiem Makarim.
Foto: Antara/Aprillio Akbar
Mendikbudristek Nadiem Makarim.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim, mengatakan, peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) ke-26 Tahun 2021 harus jadi momentum membangkitkan rasa saling percaya dan menumbuhkan kepercayaan diri seluruh bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia harus semakin percaya diri untuk mengembangkan karya inovasi yang menjadi solusi permasalahan di masyarakat, sekaligus tampil di panggung dunia.

Berdasarkan pengamatannya, cukup banyak inovasi pelajar dan mahasiswa yang kurang diberi tempat. “Tantangan itulah yang sekarang menjadi salah satu prioritas Kemendikbudristek. Salah satu cara terbaik untuk mengatasi tantangan tersebut adalah dengan mengedepankan semangat Merdeka Belajar, yakni inovasi yang lahir dari kolaborasi," kata Nadiem, dalam keterangannya, Rabu (11/8).

Ia menegaskan, bangga buatan Indonesia jangan hanya menjadi jargon, tetapi menjadi aksi nyata yang melibatkan semua lapisan masyarakat. Seperti halnya Merdeka Belajar yang menjadi gerakan bersama memperbaiki sistem pendidikan Indonesia.

Dalam Diskusi Panel, Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes), Dante Saksono Harbuwono, mengatakan, pandemi mengajarkan kemandirian bagi bangsa termasuk di bidang kesehatan. Diakuinya Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang kompleks. Namun, berdasarkan evaluasi yang dilakukan, tercatat bahwa Indonesia masih mengimpor 10 bahan baku molekul obat yang paling banyak digunakan.

Menyikapi kondisi ini, ke depan, Kemenkes akan mengupayakan agar bahan baku tersebut dapat diproduksi di dalam negeri. Dengan demikian, Indonesia dapat meminimalkan ketergantungnya terhadap produk asing secara bertahap.

Untuk itu, Kemenkes mendukung kemudahan penciptaan produk kesehatan oleh perguruan tinggi, tetapi produk tersebut harus punya kekuatan keilmuan yang dapat dipertanggungjawabkan dengan baik. Terbukti, saat pandemi Covid-19 terjadi, dalam waktu relatif singkat, Indonesia mampu menghasilkan ventilator dan alat bantu nafas secara mandiri.

"Yang penting kita harus kompak. Menarik industri ke kampus merupakan salah satu upaya yang harus kita lakukan ke depan," kata Dante.

Menanggapi hal ini, Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian (Sekjen Kemenperin), Dody Widodo, mengatakan, sebagai bentuk dukungan, pihaknya telah mempertemukan perusahaan dengan peneliti untuk meningkatkan business matching. "Ke depan kita bisa dipikirkan bersama upaya yang lebih luas lagi untuk berkolaborasi, karena kami punya sekolah vokasi dan balai penelitian," ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement