Selasa 27 Jul 2021 09:11 WIB

Kepala BNPB Imbau Masyarakat tak Ragu Isolasi Terpusat

Tempat isolasi terpusat sudah siap dengan perangkat pendukung operasionalnya.

Kepala BNPB/Ketua Satgas Penangan COVID-19 Ganip Warsito (kanan) bersama Panglima TNI Hadi Tjahjanto (kiri) dalam konferensi pers
Foto: BNPB
Kepala BNPB/Ketua Satgas Penangan COVID-19 Ganip Warsito (kanan) bersama Panglima TNI Hadi Tjahjanto (kiri) dalam konferensi pers

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Letjen TNI Ganip Warsito, mengimbau masyarakat yang terpapar virus untuk tidak ragu melakukan isolasi mandiri di tempat isolasi terpusat yang telah disiapkan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Hal ini disampaikan Ganip Warsito yang sekaligus Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), saat melakukan konferensi pers bersama Panglima Tentara Nasional Indonesia Marsekal TNI Dr. (H.C.) Hadi Tjahjanto, terkait optimalisasi program 3T (testing, tracing, treatment) pada masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4, yang berlaku mulai 26 Juli hingga tanggal 2 Agustus 2021.

Baca Juga

"Saya mengimbau bagi masyarakat yang teridentifikasi positif Covid-19 untuk tidak ragu menjalani isolasi terpusat pada tempat yang telah kami siapkan," ujar Ganip di Media Center Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19, Jakarta, Senin (26/7).

Ganip menjelaskan bahwa pada tempat isolasi terpusat yang telah disiapkan oleh pemerintah pusat maupun daerah sudah siap dengan perangkat pendukung operasionalnya. "Kami sudah siapkan tenaga medis, obat-obatan serta kegiatan treatment lainnya bagi pemulihan para pasien sampai sembuh atau negatif," tambahnya.

Ganip turut menegaskan kembali bahwa sangat penting bagi masyarakat yang positif Covid-19 untuk melakukan isolasi di tempat isolasi terpusat guna pemulihan kondisi serta melindungi orang di sekitarnya. "Sekali lagi jangan ragu untuk melakukan isolasi di tempat isolasi terpusat, itu tempat yang tepat untuk memulihkan kondisi serta melindungi orang yang ada di sekitar kita," tegasnya.

Selanjutnya, tempat isolasi terpusat yang sudah disiapkan pemerintah pusat maupun daerah telah tersebar sesuai wilayahnya. Untuk lokasi isolasi terpusat yang ada di wilayah administrasi kota di DKI Jakarta, selain Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran, telah dioperasikan Rumah Susun (rusun) Nagrak dan Pasar Rumput untuk menjadi tempat isolasi terpusat lainnya.

"Tempat isolasi terpusat yang ada di Jakarta berlokasi di RSDC Wisma Atlet Kemayoran, Rusun Nagrak dan Pasar Rumput yang telah disiapkan untuk dapat menampung hingga 10 ribu pasien, peningkatan kapasitas RSDC Kemayoran juga sudah kami lakukan dimana Bed Occupancy Rate (BOR) sudah mencapai sekitar 47 persen, kemudian Rusun Nagrak juga saat ini baru terisi 260 orang, serta Rusun Pasar Rumput yang kapasitasnya mencapai 6.000 tempat tidur baru terisi 110 orang," tutur Ganip.

"Masyarakat cukup membawa keterangan hasil tes swab antigen sudah dapat dirujuk ke tempat isolasi terpusat tersebut," lanjutnya.

Selain di Jakarta, tempat isolasi terpusat lainnya juga sudah disiapkan bagi masyarakat yang akan melakukan isolasi mandiri, antara lain di Kabupaten Bandung, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kota Semarang, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Bantul dan Kota Solo.

"Di luar Jakarta, seperti di Bandung, Depok, Kota Tangerang juga sudah siap dengan tempat isolasi terpusat lainnya untuk menampung orang tanpa gejala dan gejala ringan," ungkapnya.

"Begitu pun di Jawa Tengah, seperti di Yogyakarta yang terbagi pada tiga tempat yang di Asrama Universitas Gadjah Mada, Asrama Universitas Negeri Yogyakarta dan Asrama milik Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Lalu di Solo juga sudah disiapkan dan tersebar sebanyak 1.700 titik baru terisi 400 titik," tutur Ganip.

Pelatihan tracer digital guna memperkuat upaya tracing

Pada kesempatan yang sama, Panglima TNI Hadi Tjahjanto menjelaskan bahwa 36 ribu personel TNI turut dikerahkan sebagai tracer digital yang tersebar di seluruh wilayah guna memperkuat upaya tracing di Indonesia.

"Standar WHO (World Health Organization) dalam pelaksanaan tracing kontak erat satu banding 30, namun Indonesia baru satu banding satu, kami berusaha untuk memperbanyak jumlah tracer guna memperkuat upaya tracing hingga memenuhi standar WHO," ucap Hadi.

Hadi juga mengemukakan bahwa Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melakukan pelatihan bagi tracer digital sehingga mempermudah pelaksanaan tracing kontak erat berbasis sistem aplikasi digital, Silacak.

"Karena selama ini tracing masih dilakukan secara manual dengan door to door dengan wawancara langsung, dengan adanya aplikasi Silacak diharapkan dapat mempercepat proses pelaporan tracing," jelasnya

"Kemenkes turut memberikan pelatihan digital bagi para tracer digital menggunakan aplikasi Silacak guna mempercepat upaya tracing serta pelaporan yang juga melibatkan Babinsa dan Bhabinkamtibmas sehingga memudahkan proses tracing di lapangan," tambah Hadi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement