REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) langsung menghubungi Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin usai melakukan inspeksi mendadak (sidak) di sebuah apotek di Kota Bogor, Jawa Barat, Jumat (23/7) sore. Dalam sidaknya di Apotek Villa Duta, Jokowi tak bisa mendapat produk obat perawatan Covid-19 seperti Oseltamivir, Favipiravir, dan Azithromycin. Pihak apotek mengaku tak bisa mendapat produk tersebut dari pihak distributor.
"Pak ini saya cari obat antivirus Oseltamivir nggak ada. Kosong. Stok sudah seminggu lebih. Terus vitamin D3 yang 5.000 juga nggak ada," ujar Jokowi kepada Menkes lewat sambungan telepon.
Dari semua produk obat yang diminta oleh Jokowi, hanya multivitamin yang mengandung Zinc saja yang tersedia. Sementara produk antivirus dan antibiotik yang dicari, persediaannya kosong.
Mendengar keluhan Presiden, Menkes Budi terdengar langsung mencatat semua produk yang langka di pasaran. Ia mengaku langsung melakukan pengecekan ulang di lapangan. Menkes juga sempat menyampaikan permohonan maaf kepada Presiden atas temuan di lapangan yang ada.
Namun, menurut catatan Budi, ketersediaan obat Covid-19 di sejumlah apotek besar seperti jaringan Kimia Farma, Century, Guardian, dan K24 bisa dipantau melalui situs farmaplus.kemkes.go. Misalnya, pasokan Favipiravir masih tersedia sebanyak 4.900 unit di Apotek Kimia Farma Tajur, 4.300 unit di Kimia Farma Djuanda, dan 4.200 unit di Kimia Farma Semplak. Ketiganya berada di Bogor.
"Jadi nanti saya double check ya Pak. Itu data online yang ada di rumah sakit itu bisa dilihat by kota segala macam, untuk apotek Kimia Farma, Century, Guardian, K24. Online bisa dibaca semua rakyat," ujar Menkes merespons presiden.
Diberitakan sebelumnya, Jokowi melakukan inspeksi mendadak di sebuah apotek di Kota Bogor, Jawa Barat, Jumat (23/7) sore. Dalam video yang diterima Republika, terlihat Jokowi menanyakan ke petugas apotek perihal ketersediaan sejumlah obat untuk penunjang perawatan pasien Covid-19.
"Saya mau ini, apa, mau cari obat antivirus yang Oseltamivir," kata Jokowi kepada petugas apotek.
Sayangnya persediaan Oseltamivir di apotek yang tidak disebutkan lokasi spesifiknya itu kosong. Presiden pun menanyakan lagi kepada petugas, di mana obat jenis tersebut bisa dicari.
"Nah itu, kita juga sudah nggak dapat barang. Oseltamivir yang generik sudah lama (kosong), Pak. Kemarin ada merek Fluvir itu patennya. Tapi itu sekarang juga sudah kosong," jawab seorang petugas apotek yang ditemui presiden.
Namun video yang singkat tidak menunjukkan bagaimana sikap presiden selanjutnya. Permintaan terhadap obat penunjang kesembuhan Covid-19 memang meningkat. Pemerintah sendiri sudah mencanangkan program telemedicine bagi pasien Covid-19 yang menjalani isolasi mandiri.
Sebagai informasi, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI menegaskan bahwa seluruh obat-obatan penunjang penyembuhan Covid-19 baru bisa ditebus dengan resep dokter. Obat-obatan yang dimaksud termasuk antivirus, antiparasit, dan antibiotik. BPOM mengingatkan bahwa konsumsi obat tanpa resep bisa berbahaya dan menimbulkan efek samping.
Namun sebagai panduan masyarakat dan tenaga medis, BPOM juga merilis Surat Edaran (SE) BPOM nomor PW.01.10.3.34.07.21.07 tahun 2021 tentang Pelaksanaan Distribusi Obat degan Persetujuan Penggunaan Darurat yang diteken pada 13 Juli 2021. Menteri BUMN Erick Thohir sendiri telah mengonfirmasi adanya delapan obat ini yang mendapat izin penggunaan darurat alias EUA. Kedelapannya adalah Remdesivir, Favipiravir, Oseltamivir, Immunoglobulin, Ivermectin, Tocilizumab, Azithromycin, dan Dexatemason (tunggal).