REPUBLIKA.CO.ID, oleh Sapto Andika Candra, Rr Laeny Sulistyawati
Jumlah kasus positif Covid-19 yang dilaporkan pada Rabu (9/6) sebanyak 7.725 menjadi yang tertinggi dalam 3,5 bulan terakhir. Lonjakan kasus Covid-19 dalam dua pekan terakhir pun nyata adanya, hingga Satgas Penanganan Covid-19 memberikan alarm peringatan untuk beberapa daerah.
Tren kenaikan yang terjadi saat ini mengancam menutup tren penurunan yang sempat dibangga-banggakan pemerintah dalam beberapa bulan terakhir. Perkembangan kasus Covid-19 di Tanah Air sempat konsisten turun sejak akhir Februari hingga akhir Maret 2021. Kemudian sejak akhir Maret sampai awal Mei, penambahan kasus harian cukup stagnan.
Masuk periode libur Lebaran, kasus harian justru turun. Hal ini ditengarai karena banyaknya laboratorium yang libur sehingga kapasitas pemeriksana menurun.
Kemudian memasuki periode pasca-Lebaran sampai hari ini, penambahan kasus harian menunjukkan peningkatan yang konsisten. Jumlah kasus aktif juga cenderung naik lagi. Saat ini jumlah kasus aktif kembali tembus 100 ribu orang, tepatnya 101.635 orang/kasus aktif di Indonesia. Padahal kasus aktif nasional sempat turun ke level 87 ribuanan orang.
Angka kematian juga masih terus meningkat. Pada Rabu (9/6), dilaporkan ada 170 orang yang meninggal dunia dengan status positif Covid-19. Sehingga total ada 52.162 orang yang meninggal akibat Covid-19 di Indonesia. Dilihat pada grafik, tren kematian sendiri juga terlihat meningkat dalam dua pekan terakhir.
Sementara itu, angka kesembuhan terlihat stagnan di angka 5.000-an. Kondisi ini sudah bertahan dalam beberapa bulan terakhir. Pada Rabu (9/6) tercatat ada 5.883 pasien yang sembuh dari Covid-19. Sehingga total ada 1.723.253 pasien yang sembuh.
Satgas Penanganan Covid-19 membunyikan alarm untuk 13 kabupaten/kota yang dianggap memiliki tingkat keparahan penularan Covid-19 tinggi. Perinciannya, sembilan kabupaten/kota yang tercatat mengalami lonjakan kasus signifikan dan angka keterisian tempat tidur rumah sakit di atas 70 persen. Sisanya, empat kabupaten/kota mencatatkan lonjakan kasus yang moderat, tapi angka keterisian tempat tidur rumah sakit (BOR) sudah di atas 70 persen.
Angka BOR di rumah sakit diyakini cukup tepat menggambarkan kondisi keparahan penanganan Covid-19 di lapangan. Alasannya, kenaikan kasus yang tidak dibarengi dengan kecukupan tempat tidur akan berujung ambruknya layanan kesehatan.
Per 8 Juni 2021, pemerintah mengelompokkan tingkat keparahan penularan Covid-19 setiap daerah ke dalam empat kelompok. Pengelompokan ini mengacu pada dua sumbu grafik, yakni kenaikan kasus dan keterisian tempat tidur (BOR) isolasi. Semakin tinggi angka di kedua sumbu, semakin parah kondisi penularan Covid-19 di suatu daerah.
Kelompok paling parah ada di suduh kanan atas grafik berwarna merah, dengan angka kenaikan kasus di atas 100 persen dan angka BOR di atas 70 persen. Kelompok kedua berada di kiri atas grafik berwarna oranye dengan kenaikan kasus di bawah 100 persen namun BOR-nya tembus 70 persen.
Kelompok ketiga, di sudut kanan bawah grafik berwarna coklat dengan angka kenaikan kasus di atas 100 persen dan BOR masih di bawah 70 persen. Kelompok keempat sekaligus yang keparahannya terendah, berada di sudut kiri bawah grafik berwarna kuning dengan angka kasus kurang 100 persen dan BOR juga di bawah 100 persen.
"Tentunya kondisi yang paling mengkhawatirkan adalah yang pertama, yaitu apabila kenaikan kasusnya melebihi 100 persen dan di saat yang sama, BOR-nya lebih 70 persen. Keadaan ini menunjukkan bahwa penanganan di wilayah tersebut sudah mulai tidak terkendali," kata Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito dalam keterangan pers, Kamis (9/6).
Wiku mewanti-wanti daerah yang mencatatkan angka BOR tinggi. Apabila peningkatan kasus tidak direspons dengan penanganan yang sigap oleh pemda, ujar Wiku, maka rumah sakit akan kewalahan menangani pasien dengan geajala sedang-berat. Ujungnya, angka kematian ikut meningkat.
Ada sembilan daerah yang masih dalam kelompok kenaikan kasus dan BOR terparah. Kesembilan daerah itu adalah sebagai berikut:
- Kudus dengan kenaikan kasus mencapai 7.594 persen dan BOR mencapai 90,2 persen.
- Jepara dengan kenaikan kasus 685 persen dan BOR 88,18 persen.
- Demak dengan kenaikan kasus 370 persen dan BOR 96,3 persen.
- Sragen dengan kenaikan kasus 338 persen dan BOR 74,84 persen.
- Bandung kenaikan kasus 261 persen, BOR 82,73 persen.
- Kota Cimahi dengan kenaikan kasus 250 persen dan BOR 76,6 persen
- Pati kenaikan dengan kasus 205 persen dan BOR 89,57 persen.
- Kota Semarang dengan kenaikan kasus 193 persen dan BOR 87,95 persen.
- Pasaman Barat dengan kenaikan kasus 157 persen dan BOR 75 persen.
Selain itu, ada empat kabupaten/kota dengan BOR yang sudah mencapai angka di atas 70 persen namun peningkatan kasus tidak lebih 100 persen.
"Keadaan ini patut diwaspadai dan perlu tindak lanjut segera agar tidak semakin parah," ujar Wiku.
Keempat kabupaten/kota itu adalah:
- Purwakarta dengan kenaikan kasus 78 persen dan BOR 80,69 persen.
- Bandung Barat dengan kenaikan kasus 64 persen dan BOR 71,77 persen.
- Kota Bandung dengan kenaikan kasus 40 persen dan BOR 75,28 persen.
- Blora dengan kenaikan aksus 13 persen dan BOR 76,42 persen.
Wiku mewanti-wanti kepala daerah di 13 kabupaten/kota di atas untuk bisa mengambil langkah taktis dalam pengendalian Covid-19. Tujuannya terutama menekan penularan dan meningkatkan angka sembuh.
"Saya ingin kepala daerah dari 13 kabupaten/kota dan gubernur dari provinsi-provinsi ini untuk benar-benar perhatikan situasi daerah masing-masing dan segera ambil langkah perbaikan yang dapat dilakukan," katanya.
In Picture: Jumlah Pasien Covid-19 di Indonesia Naik
Ikuti Whatsapp Channel Republika
