REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden ke-5 Republik Indonesia Megawati Soekarnoputri mengingatkan, Indonesia memiliki teknik wastra atau teknik kain tradisional yang berkaitan dengan sejarah terlengkap di dunia. Kata dia, wastra nusantara setiap helai benang, bubuhan motifnya adalah karya yang memiliki ciri khas, simbol, warna, ukuran hingga material yang digunakan dari hulu ke hilir dipengaruhi kultur sosial masyarakat Indonesia, seperti sistem pengetahuan, budaya, lingkungan, kepercayaan, dan lambang strata sosial.
"Indonesia memiliki teknik wastra atau kain tradisional terlengkap di dunia, dan nenek moyang kita berhasil membuatnya menjadi identitas nusantara, seperti batik, songket, sulam, ikat, tapis, dan lainnya, banyak, banyak lainnya," kata Megawati, Sabtu (27/3).
Ketua Umum PDI Perjuangan ini pada pagelaran An Exotic Journey to Nusantara karya desainer Samuel Wattimena yang digelar secara virtual menyinggung salah satu fesyen yakni batik, perajinnya telah tumbuh subur di berbagai daerah. Menurutnya, dari tahun ke tahun batik selalu mengalami perkembangan.
Sekitar abad ke-17, motif batik didominasi bentuk hewan dan tanaman, kemudian berkembang pada motif menyerupai awan serta relief candi. Berkembangnya kesenian batik meluas di Indonesia setelah akhir abad ke-18 atau awal abad ke-19.
Lalu, kata dia, pada akhir abad ke-19 muncul batik saudagar di Kerajaan Surakarta dan Yogyakarta. Ciri batik saudagar mudah dikenali lewat ornamen klasik yang dimodifikasi sesuai selera.
Beberapa masa setelahnya, muncul desain batik khas kota-kota pesisir utara Jawa, termasuk Pekalongan, dan Cirebon. Desain tersebut menunjukkan pengaruh Cina lewat penggunaan warna-warna cerah, bunga, dan motif awan.
"Sepanjang sejarahnya, perkembangan batik Indonesia dipengaruhi juga oleh para pedagang asing dan juga pendatang. Beberapa sumber menyebutkan batik Indonesia mencapai puncak kreativitasnya pada 1890 hingga 1910. Pada zaman tersebut telah muncul batik Belanda, batik China, atau batik Hokokai," kata Megawati.