Jenis gerakan tanah, kata dia, berupa nendatan lambat atau rayapan yang ditandai dengan retakan pada badan jalan. Retakan terjadi pada badan jalan sepanjang 20 meter dengan kedalaman 1 meter pada jalur arah Jakarta.
"Dampak gerakan tanah, badan Jalan tol retak dan amblas hingga tidak dapat dilalui kendaraan. Arus lalu lintas tersendat," katanya.
Secara umum, kata dia, lokasi bencana merupakan daerah landai hingga agak curam yang berada di bantaran Sungai Cipunagara dengan kemiringan lereng <20 derajat. Lokasi berada pada ketinggian antara 20 — 25 meter di atas permukaan laut.
Menurutnya, berdasarkan Peta Geologi Lembar Bandung, Jawa (Silitonga, 1973), daerah bencana tersusun oleh batupasir tufaan, lempung dan konglomerat (Qos). Di sekitar area gerakan tanah tidak terdapat struktur geologi berupa lipatan maupun sesar/patahan.
Selain itu, kata dia, berdasarkan Peta Prakiraan Wilayah Terjadinya Gerakan Tanah Bulan Februari 2021 di Kabupaten Subang, Jawa Barat (Badan Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi), ruas Jalan Tol Cipali KM 122 berada pada wilayah dengan potensi gerakan tanah Rendah.
Artinya, kata dia, daerah ini mempunyai potensi rendah untuk terjadi gerakan tanah. Pada zona ini jarang terjadi gerakan tanah kecuali pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai dan gawir atau jika lereng mengalami gangguan. Gerakan tanah lama telah mantap kembali.