Ahad 31 Jan 2021 17:06 WIB

Yayasan Baktimed Beri Sumbangan ke Korban Longsor Cisarua

Sumbangan yang diberikan dalam bentuk jas hujan, selimut dan diapers.

Yayasan Bakti Nusantara Medika (Baktimed) memberikan sumbangan dalam bentuk jas hujan (142 buah), selimut dan diapers kepada korban bencana Banjir Bandang Gunung Mas, Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Puncak, Jawa Barat, Selasa (26/1).
Foto: Dokumentasi Yayasan Baktimed.
Yayasan Bakti Nusantara Medika (Baktimed) memberikan sumbangan dalam bentuk jas hujan (142 buah), selimut dan diapers kepada korban bencana Banjir Bandang Gunung Mas, Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Puncak, Jawa Barat, Selasa (26/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Yayasan Bakti Nusantara Medika (Baktimed) memberikan sumbangan dalam bentuk jas hujan (142 buah), selimut dan diapers kepada korban bencana Banjir Bandang Gunung Mas, Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Puncak, Jawa Barat. Baktimed yang baru didirikan pada awal Januari 2021 memberikan sumbangan sebagai bentuk aktivitas pertamanya, Selasa (26/1).

Tim BaktiMed diwakili langsung oleh M. Wahid Supriyadi sebagai pendiri yayasan, didampingi oleh Wakil Ketua Masni Eritrina dan Kordinator Transportasi/Logistik Abdul Wahab. Bantuan diserahkan secara simbolis kepada ketua RT di lokasi bencana yang selanjutnya akan dibagikan kepada Kepala Keluarga (KK) yang terdampak langsung.

Penyerahan tidak bisa dilakukan langsung per KK mengingat ketentuan protokol Covid-19 yang membatasi jumlah kerumunan. M. Wahid Supriyadi yang mantan Dubes RI untuk UAE dan Rusia, dikutip mengatakan bahwa di tengah keterbatasannya, yayasan telah berhasil menggalang dana baik yang berasal dari para relawan dalam negeri maupun diaspora, khususnya dari Eropa. Diharapkan bantuan ini dapat meringankan beban masyarakat yang terkena dampak banjir.

Banjir Bandang yang melanda kawasan Gunung Mas, Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor pada Selasa pagi, 19 Januari 2021 diduga karena longsor yang terjadi di hulu Sungai Cisampay. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu, namun sebanyak 7 bangunan rusak dan sekitar 145 orang atau 40 Kepala keluarga terpaksa mengungsi.

Baktimed adalah yayasan yang didirikan dengan tujuan utama membantu pelayanan kesehatan dan kegiatan lain yang berhubungan dengan kesehatan di daerah di terpencil. Nantinya pelayanan tersebut akan menggunakan pesawat-pesawat ringan yang dapat menjangkau seluruh pelosok di tanah air. “Mirip dengan flying doctor”, imbuh Wahid. Baktimed diinisiasi oleh diaspora Indonesia di Eropa yang dimotori dr. Sylvia Jenkins (Inggris) dan Fatmi Woro Dwi Martanti (Belgia) dan berkolaborasi dengan mantan diaspora yang sudah kembali ke tanah air (Masni Ertrina) dan para aktivis kemanusiaan tanah air.

BaktiMed juga bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk dengan Kantor Kemenko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) dan kementerian terkait. Saat ini Baktimed tengah berupaya menggalang dana bersama Perhimpunan Eropa untuk Indonesia Maju ( PETJ) yang nantinya akan diteruskan ke Dr. Lie Dharmawan dari doctorSHARE.

Dr. Lie bersama timnya akan berlayar dengan RS Apungnya yang rencananya akan melayani masyarakat yang terkena dampak bencana selama 1 bulan di Sulbar. Dari semua bencana alam yang tejadi selama bulan Januari ini, Gempa di Sulawesi Barat terdata sebagai yang paling parah dari segi jumlah korban maupun dari segi kerusakan yang terjadi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement