REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Pemerintah Kota (Pemkot) Tasikmalaya telah menetapkan status siaga darurat bencana banjir dan longsor pada Rabu (3/10). Status siaga darurat bencana itu akan berlaku hingga tiga bulan ke depan.
Kepala Seksi Penanganan Bencana, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Tasikmalaya, Erik Yowanda mengatakan, pihaknya sudah mendapatkan peringatatan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Berdasarkan prediksi BMKG, dalam tiga bulan ke depan Kota Tasikmalaya akan memasuki musim hujan. Diperikrakan, puncak musim hujan akan terjadi pada Januari 2022.
"Kita juga sudah menetapkan status siaga darurat bencana banjir dan longsor per hari ini. Karena provinsi sudah menetapkan status itu sejak bulan lalu," kata dia, Rabu.
Erik menambahkan, pihaknya juga sudah mulai menginventarisir sumber daya yang ada, termasuk peralatan, untuk penanganan bencana. BPBD Kota Tasikmalaya juga telah berkoordinasi dengan dinas teknis terkait agar waspada dalam menghadapi bencana.
Menurut dia, musim hujan kali ini diperkirakan akan lebih ekstrem dibanding sebelumnya. Sebab, musim hujan saat ini juga disertai fenomena La Nina. Namun antisipasi harus sudah dilakukan setiap perangkat di daerah dengan dikoordinir BPBD.
"Memang sekarang baru awal musim hujan. Namun, dalam satu bulan ini sudah ada 41 laporan, mulai dari longsor, genanang air, dan lainnya," kata dia.
Sebelumnya, Kabupaten Tasikmalaya juga telah menetapkan status siaga banjir dan longsor. Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik, BPBD Kabupaten Tasikmalaya, Irwan mengatakan, Bupati Tasikmalaya telah menetapkan status siaga bencana banjir dan longsor untuk seluruh wilayah Kabupaten Tasikmalaya. Status siaga bencana berlaku mulai November 2021 hingga Januari 2022.
Menurut dia, kejadian bencana sudah mulai terjadi di Kabupaten Tasikmalaya selama Oktober. Setidaknya, terdapat sembilan kejadian sejak 18 Oktober, yang idominasi oleh tanah longsor. Namun, kejadian bencana yang terjadi masih dalam skala kecil.
Sementara, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengeluarkan peta prakiraan potensi gerakan tanah di wilayah Jawa Barat (Jabar) untuk November 2021. Dari peta itu, seluruh wilayah kecamatan di Kabupaten Garut memiliki potensi pergerakan tanah menengah-tinggi.
Kepala Bidang Gerakan Tanah PVMBG, Agus Budianto mengatakan, wilayah Kabupaten Garut memang merupakan daerah pegunungan. Ia menyebutkan, wilayah yang memiliki topografi datar di Kabupaten Garut hanya di bagian tengah atau pusat kota. Sementara sisanya merupakan wilayah perbukitan atau pegunungan.
"Pertama yang harus dipahami adalah semua wilayah itu memiliki potensi gerakan tanah. Namun, tingkatannya mengalami perubahan dari waktu ke waktu," kata Agus.
Ia menjelaskan, berdasarkan hasil tumpang susun peta gerakan tanah atau kondisi geologi setempat, ditambah dengan prediksi curah hujan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), ada peningkatan potensi gerakan tanah di Kabupaten Garut pada November di Kabupaten.
Dari peta yang dikeluarkan PVMBG, mayoritas wilayah di Kabupaten Garut memiliki potensi kejadian gerakan tanah yang tinggi pada November 2021.
Menurut dia, masyarakat di Kabupaten Garut harus mulai mewaspadai potensi gerakan tanah yang bisa menyebabkan bencana tanah longsor. Ia menyebutkan, titik-titik pergerakan tanah di masa lalu harus didata dan dilaporkan oleh masyarakat sekitar.
"Itu prioritas yang harus diwaspadai. Ketika terjadi indikasi gerakan tanah, itu harus dilaporkan," kata dia.
Longsor dan Banjir
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat mencatat empat bencana akibat hujan deras dan angin puting beliung yang terjadi pada Selasa (2/11) hingga pukul 20.00 WIB. Yakni, mulai dari longsor, puting beliung hingga banjir. Namun, dilaporkan tidak ada korban jiwa pada berbagai bencana yang terjadi di Jabar.
Menurut Kasie Kedaruratan BPBD Jabar Hadi Rahmat, bencana pertama yang terjadi adalah longsor tebing setinggi 10 meter longsor di RT 03 RW 01, Jalan Ir H Djuanda, Kelurahan Dago, Kota Bandung Selasa (2/11) dini hari akibat hujan deras.
"Akibatnya, tiga rumah mengalami kerusakan parah. Penghuni rumah sudah dievakuasi ke tempat kerabatnya. Beruntung tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut," ujar Hadi.
Kejadian kedua, kata dia, menimpa satu unit bangunan Kantor Arsip Daerah dan Perpustakaan Kabupaten Subang. Bangunan milik pemerintah itu rusak akibat puting beliung. Beberapa mobil yang terparkir di sekitar lokasi kejadian pun terkena material bangunan yang roboh.
Selain itu, longsor di Desa Pasanggrahan Baru, Kabupaten Sumedang hampir mengubur satu unit rumah beserta lima penghuninya. Material longsor juga menutup saluran irigasi sehingga terjadi banjir di sekitar lokasi bencana.
Peristiwa lainnya, kata dia, adalah angin puting beliung di Kampung Dukuh, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor. Satu uni tumah rusak sedang dan empat anggota keluarganya mengungsi. “Korban jiwa (dari rangkaian peristiwa tersebut) nihil,” katanya.