Senin 25 Jan 2021 11:14 WIB

KPK Kembali Diserang Isu Taliban, Novel: Ada yang Terganggu

Menurut Novel, para pendukung koruptor khawatir atas kinerja KPK yang saat ini baik.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Andri Saubani
Penyidik Senior KPK Novel Baswedan.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Penyidik Senior KPK Novel Baswedan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan menilai, isu radikalisme dan taliban yang kini kembali ramai di media sosial merupakan alat yang digunakan oleh pendukung koruptor yang kepentingannya terganggu dengan kerja pengusutan korupsi yang dilakukan oleh lembaganya. Menurut Novel, para pendukung koruptor khawatir atas kinerja KPK yang saat ini sedang baik dalam mengusut kasus korupsi.

"Isu radikal-taliban sudah sering digunakan oleh para pendukung koruptor padahal jelas itu isu tidak benar dan mengada-ada," tegas Novel dalam pesan singkatnya, Senin (25/1).

Baca Juga

Novel mengatakan, baik pegawai ataupun penyidik KPK saat ini sudah bisa memahami bahwa ketika isu tersebut kembali diramaikan, memperlihatkan ada kepentingan sejumlah pihak yang terganggu.

“Kawan-kawan sudah bisa menandai bahwa bila isu itu diembuskan, biasanya ada kepentingan mereka yang terganggu di KPK,” tutur Novel.

“Dan selama ini memang demikian, bila KPK sedang bekerja benar untuk perangi korupsi, maka mereka (para pendukung koruptor) menyerang menggunakan isu itu,” tambahnya.

Lebih lanjut, Novel menuturkan, meski isu ini sudah berulang kali dibantah oleh KPK, Novel melihat, isu ini masih efektif meski belakangan sudah banyak masyarakat yang paham jika isu ini diembuskan hanya untuk mengganggu kerja yang dilakukan oleh KPK.

"Rasanya masyarakat semakin paham bahwa upaya mengganggu dan menyerang pemberantasan korupsi dilakukan dengan segala cara, termasuk dengan cara membuat fitnah dan narasi-narasi seperti itu," ujarnya.

Namun, Novel enggan menyimpulkan jika isu radikal-taliban ini muncul karena kasus korupsi yang tengah diproses saat ini. Sebab, hal ini perlu dibuktikan.

Novel melihat ada pola dalam pelemparan isu ini. Termasuk dengan menggunakan akun robot di media sosial seperti Twitter.

"Biasanya mereka tidak hanya melempar isu saja tapi juga dikondisikan agar seolah banyak dibahas. Termasuk menggunakan robot di medsos. Tapi itu yang bisa menjelaskan tentu ahli," kata Novel.

Sebelumnya, dalam akun Twitter miliknya @nazaqistsha, Novel menyebut bahwa isu radikal dan taliban adalah lagu lama. Unggahan Novel tersebut menanggapi pernyataan dari akun @paijodirajo yang menyebut ketika KPK mulai diserang isu radikal-radikal atau taliban, itu artinya sedang ada misi yang sedang dijalankan oleh koruptor.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement