REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asisten Operasi (Asops) KASAU, Marsda Henri Alfian meyakini adanya tumpahan bahan bakar pesawat Sriwijaya Air di sisi selatan Pulau Laki, Kepulauan Seribu. Itu dikatakan Henri, setelah ia bersama timnya, melakukan patroli, dan observasi langsung via udara untuk mencari titik lokasi jatuhnya maskapai sipil SJ-182 tersebut.
Henri mengatakan, setelah dua jam terbang dengan heli EC-752 Caracal, pada Ahad (10/1) pagi, kasat mata saat di ketinggian sekitar 50 meter dari permukaan laut, terlihat degradasi dan anomali warna air. "Asumsi saya itu tumpahan minyak dari Sriwijaya Air SJ-182," kata dia di Halim Perdanakusumah, Jakarta, Ahad (10/1).
Dalam patroli udara tersebut, Henri memastikan jatuhnya pesawat sipil itu ada di antara Pulau Laki dan Pulau Lancang, Kepulauan Seribu. Tim AU, bersama BASARNAS, kata Henri melakukan observasi langsung via udara di titik 055523 Lintang Selatan (LS), dan 1063605 Bujur Timur (BT), pada Ahad (10/1) pagi.
"Observasi dilakukan dengan sistem bertangga mulai dari ketinggian seribu kaki di atas permukaan laut, sampai paling rendah, 150 kaki," kata Henri. Perwira udara bintang dua itu, bersama tim Heli Caracal tak menemukan barang-barang, atau benda dalam bentuk besar yang berasal dari Sriwijaya Air dari ketinggian 300 meter dari permukaan laut.
"Tidak ada benda atau yang diduga bagian dari Sriwijaya Air dalam bentuk yang besar, yang dapat kita ambil dan dilaporkan," ujar Henri. Namun, ia menerangkan, dari ketinggian tersebut dikatakan dia, ada tampak sejumlah benda-benda yang mengambang ke permukaan.