REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menambah data penting dalam investigasi kecelakaan pesawat Sriwijaya Air dengan nomor registrasi PK-CLC setelah mengunduh data yang ada di cockpit voice recorder (CVR). Pesawat dengan nomor penerbangan SJ-182 rute Jakarta-Pontianak tersebut jatuh di perairan Kepulauan Seribu pada 9 Januari 2021.
"Berdasarkan rekaman tersebut, telah menambah data penting bagi investasi yang hasilnya nanti akan disampaikan dalam laporan akhir," kata Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono dalam pernyataan tertulisnya, Selasa (13/4).
Soerjanto memastikan, hingga saat ini proses investigasi masih terus dilakukan oleh tim KNKT. Dia menegaskan, investigasi tersebut disertai penelitian yang mendetail.
Dia menuturkan, setelah ditemukannya semua bagian dari kotak hitam memberikan titik terang untuk mengusut penyebab kecelakaan. "Investigasi dilakukan agar kecelakaan dengan penyebab yang sama tidak kembali terulang," ujar Soerjanto.
Setelah CVR pesawat tersebut ditemukan, KNKT melakukan pengeringan terhadap terhadap salah satu kotak hitam yang berisi rekaman suara pilot. Nurcahyo mengatakan, setelah data CVR dapat diunduh maka akan dicocokan dengan data flight data recorder (FDR).
"Kami harapkan CVR ini akan melengkapi data FDR sebelumnya. CVR ini berisi pembicaraan kedua pilot dan suara yang ada selama penerbangan," tutur Nurcahyo, Rabu (31/3).
Direktur Utama Sriwijaya Air Jefferson Jauwena mengharapkan, investigasi kecelakaan pesawat dengan nomor registrasi PK-CLC dapat segera selesai. Saat ini Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) sudah menemukan dua komponen kotak hitam yakni flight data recorder (FDR) dan cockpit voice recorder (CVR).
"Dengan telah ditemukannya bagian terakhir dari kotak hitam ini maka kami berharap agar proses investigasi dapat segera diselesaikan," kata Jefferson.
Jefferson berharap, data yang diperoleh KNKT dapat segera memberi kejelasan mengenai penyebab kecelakaan dari pesawat dengan nomor penerbangan SJ 182 rute Jakarta-Pontianak yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu pada 9 Januari 2021. Dengan begitu, Jefferson mengatakan dapat menjawab misteri penyebab kecelakaan pesawat tersebut.