Tak hanya budidaya ikan dan pembuatan akuarium, di Rumah Pangan juga ditanam beraneka sayuran. Seperti kangkung, pakcoy, sawi, selada maupun cabai. Yang berperan memelihara sayuran itu adalah ibu-ibu di RW tersebut yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani (KWT).
"Di Rumah Pangan ini memang kita berusaha melibatkan semua warga, baik pemuda, ibu-ibu, remaja maupun anak-anak," ujar Danin.
Danin bercerita, lahan yang digunakan untuk Rumah Pangan itu semula merupakan lahan kosong yang tidak terawat. Rumput ilalang dan semak belukar memenuhi lahan tersebut. Terletak di tengah-tengah pemukiman warga yang padat di RW 06, lahan itu menimbulkan kesan angker, terutama di malam hari karena gelap gulita. Pemiliknya sudah bertahun-tahun menetap di luar negeri.
"Kami bahkan tidak tahu siapa pemiliknya. Hanya kerabatnya memang ada yang di sini," tutur Danin.
Danin mengaku, sangat prihatin melihat lahan itu terlantar. Apalagi, selama ini, RW yang memiliki luas sekitar 57 kilometer persegi dan jumlah penduduk kurang lebih 1.650 jiwa atau 840 kepala keluarga (KK) itu tidak memiliki Balai Pertemuan Kampung (Baperkam). Penyebabnya, karena ketiadaan lahan. Kondisi itu membuat warga sulit untuk mengadakan pertemuan ataupun bermusyawarah mengenai persoalan yang terjadi di lingkungan mereka.
Untuk itu, Danin bersama sejumlah pemuda dan pengurus RW 06 Suradinaya Utara yang diketuai oleh Rudi Santoso (44), merasa tergerak untuk memanfaatkan lahan terlantar tersebut. Mereka meminta izin kepada kerabat dari pemilik lahan itu untuk memanfaatkannya. "Pihak kerabatnya mengizinkan," tutur Danin.
Dengan izin itulah, pengurus RW bersama para pemuda yang tergabung dalam Karang Taruna Suradinaya Utara (Kasta) 06, menggerakkan warga untuk bergotong royong membersihkan lahan pada 2018 silam. Hasilnya, lahan yang semula tak terurus dan terkesan angker, menjadi bersih.
Di lahan itu juga didirikan saung, tempat warga berkumpul untuk saling bertukar pikiran, mirip fungsi dari Baperkam. Mereka pun memanfaatkan tempat itu sebagai sarana edukasi dan pengembangan potensi yang dimiliki warga.
"(Pengurus dan anggota) karang taruna kan memiliki latar belakang masing-masing, kita gali potensinya, kita inventarisasi mereka bisanya apa. Ada yang yang bisa bercocok tanam, membuat barang-barang dari barang bekas seperti ban bekas, bela diri pencak silat, alat musik dan lainnya," tukas Danin.