Jumat 13 Nov 2020 18:45 WIB

Waspada Gelombang Kedua Covid: 5.444 Kasus Jadi Rekor Baru

Setelah beberapa pekan melandai, jumlah kasus baru Covid hari ini cetak rekor baru.

Sejumlah petugas tenaga kesehatan menjemur pelindung wajah yang telah didekontaminasi di Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet Kemayoran di Jakarta, Kamis (12/11). Pada hari ini, jumlah kasus baru Covid-19 mencetak rekor baru di angka 5.444 kasus. (ilustrasi)
Foto: M RISYAL HIDAYAT/ANTARA
Sejumlah petugas tenaga kesehatan menjemur pelindung wajah yang telah didekontaminasi di Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet Kemayoran di Jakarta, Kamis (12/11). Pada hari ini, jumlah kasus baru Covid-19 mencetak rekor baru di angka 5.444 kasus. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dessy Suciati Saputri, Sapto Andika Candra, Muhammad Nursyamsi

Masyarakat diingatkan akan potensi datangnya gelombang kedua infeksi Covid-19. Gelombang kedua pandemi kini tengah terjadi di sejumlah negara di dunia.

Baca Juga

"Bahwa lonjakan kasus, merefleksikan kenaikan kasus aktif atau orang yang sakit, baik yang tengah menjalani isolasi atau dirawat akibat Covid-19," kata Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito dalam konfernsi pers, Kamis (12/11).

Wiku meminta masyarakat tidak lengah dengan terus menjaga jarak dan menerapkan protokol kesehatan. Karena efektivitas penekanan risiko penularan akan lebih maksimal dengan menerapkan 3M yaitu memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan.

"Saya imbau masyarakat jangan lengah, karena pandemi masih berlangsung. Dan saya apresiasi seluruh elemen, baik tenaga kesehatan, komunitas,  pemerintah dan masyarakat karena kerjasamanya bisa bertahan di mas pandemi Covid-19 sampai sekarang," kata dia.

Sehari setelah peringatan dari Wiku itu, pemerintah merilis ada penambahan kasus konfirmasi positif Covid-19 sebanyak 5.444 orang pada Jumat (13/11). Angka ini menjadi penambahan kasus harian tertinggi sepanjang kasus Covid-19 mulai terdeteksi masuk Indonesia, awal Maret lalu.

Rekor penambahan kasus harian ini juga seolah menutup laju pelandaian kasus harian yang sempat tercatat sejak awal Oktober lalu. Padahal, jika dilihat dari jumlah orang yang diperiksa, tidak ada kenaikan yang signifikan. Artinya, tingkat positif harian atau positivity rate Covid-19 memang menunjukkan peningkatan.

Republika pun coba menilik lebih rinci mengenai jumlah spesimen dan orang yang diperiksa dalam beberapa hari belakangan. Hari ini, dilaporkan ada 37.892 yang diperiksa dengan jumlah spesimen 42.333 unit. Sebagai pembanding, pada Kamis (12/11) ada 36.496 yang diperiksa dengan 42.165 spesimen, dan pada Rabu (11/11) ada 37.611 orang diperiksa dengan 39.341 spesimen. Data ini menunjukkan tidak ada peningkatan signifikan terkait kapasitas testing, terutama orang yang diperiksa.

Angka positivity rate hari ini juga melonjak tajam menjadi 14,36 persen, dari 11,43 persen pada Kamis (12/11) kemarin. Tingkat positif dihitung dengan membandingkan antara jumlah kasus baru dengan jumlah orang yang diperiksa. Kondisi hari ini menggambarkan, ada 14 orang diketahui positif Covid-19 dari 100 orang yang dites.

Dari penambahan kasus hari ini, Jawa Tengah menjadi provinsi dengan sumbangan kasus terbanyak, yakni 1.362 orang. DKI Jakarta yang biasa berada di posisi puncak, hari ini berada di peringakat kedua dengan 1.033 kasus baru. Menyusul kemudian Jawa Barat dengan 801 kasus, Kalimantan Timur dengan 272 kasus, dan Jawa Timur dengan 239 kasus.

Selain itu, Satgas Penanganan Covid-19 juga melaporkan penambaan pasien sembuh sebanyak 3.010 orang hari ini. Angka ini membuat jumlah kumulatif pasien Covid-19 yang dinyatakan sembuh sebanyak 385.094 orang.

Sementara itu, angka kematian juga dilaporkan bertambah 104 orang, sehingga akumulasi kasus kematian dengan status positif Covid-19 menjadi 15.037 orang.

Wiku memandang, lonjakan kasus yang terjadi hari ini bisa disebabkan dua hal. Yakni, peningkatan laju infeksi atau peningkatan kapasitas testing di daerah.

"Kenaikan kasus yang terjadi hari ini dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor. Kenaikan kasus bisa terjadi karena meningkatnya laju infeksi maupun kenaikan jumlah testing," ujar Wiku saat dikonfirmasi, Jumat (13/11).

Peningkatan laju infeksi, Wiku menjelaskan, juga bisa disebabkan berbagai faktor. Salah satunya adalah momentum yang memicu kerumunan.

Pemerintah mencatat, ada dua fenomena yang berhasil menarik banyak massa belum lama ini, yakni gelombang unjuk rasa penolakan UU Cipta Kerja yang sempat terjadi pada Oktober lalu dan momentum libur panjang pada akhir Oktober. Libur panjang juga meningkatkan mobilitas penduduk dari ibu kota ke daerah.

"Jika memang angka ini disebabkan oleh laju infeksi, baik karena beberapa momentum seperti terjadinya demonstrasi maupun libur panjang maka hal ini perlu dijadikan bahan evaluasi bagi pemerintah untuk meningkatkan upaya antisipasi kenaikan kasus ke depan," kata Wiku.

Peningkatan kasus harian juga bisa disebabkan oleh peningkatan kapasitas testing. Bila memang hal ini yang memicu lonjakan kasus hari ini, Wiku mengapresiasi pemda yang berusaha meningkatkan kapasitas pemeriksaan Covid-19.

"Testing bernilai deteksi dini yang dapat meningkatkan angka kesembuhan dan otomatis menurunkan angka kematian," katanya.

Sabar menunggu vaksin

Wiku meminta masyarakat bersabar menunggu hadirnya vaksin Covid-19. Saat ini, kata Wiku, virus Sars-Cov2 sedang diteliti para ilmuwan.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun mengarahkan agar produksi vaksin dilakukan dengan memastikan pengadaan dan pelaksanaan vaksinasi aman dan efektif.

"Prinsip utama produksi vaksin sesuai arahan Presiden Joko Widodo, di antaranya memastikan memastikan pengadaan dan pelaksaanaan vaksinasi betul-betul aman dan efektif melalui dan mengikuti kaidah-kaidah ilmiah berdasarkan data sains dan standar kesehatan," kata Wiku saat konferensi pers.

Pelaksanaan tahapan pun harus melalui prosedur pengujian klinis hingga tahap persetujuan. Sehingga, dapat dipastikan keselamatan dan kesehatan masyarakat yang akan menerima vaksin.

Wiku mengatakan, pengembangan vaksin dilakukan melalui beberapa tahap. Dimulai dari tahapan eksplorasi, tahapan preklinis, pengembangan klinis fase 1 uji coba kepada sekelompok kecil orang, fase 2 diujicobakan pada karakteristik masyarakat tertentu misalnya umur dan kondisi kesehatan sesuai sasaran vaksin. Dan fase 3 diujicobakan kepada orang dengan jumlah banyak demi menjamin efektifitas dan keamanan.

Selanjutnya, tahapan review dan proses persetujuan, kemudian dilanjutkan manufaktur atau produksi secara massal dan terakhir kontrol kualitas atau evaluasi. Badan Pemeriksa Obat dan Makanan (POM) sebagai regulator obat nasional akan mengawal produksi obat maupun vaksin baik di dalam negeri dan dari luar negeri.

Menurut peraturan Badan POM No. 27 Tahun 2020 tentang Kriteria dan Tatalaksana Registrasi Obat, bahwa emergency use authentication (EUA) dapat diberikan untuk vaksin Covid-19 dengan syarat digunakan dan didistribusikan secara terbatas dengan peninjauan rutin terus menerus.

"Di masa kedaruratan kesehatan masyarakat seperti saat ini, peran Badan POM sangat strategis untuk menjaga serta mengakselerasi proses pengembangan vaksin sampai pada tahap evaluasi, registrasi dan pengawasan dengan tetap mengawasi bermutu, aman dan efektif," ujarnya.

Berbicara terpisah, Direktur Utama PT Bio Farma (Persero) Honesti Basyir mengatakan, uji klinis fase 3 sudah memasuki masa monitoring. Monitoring dilakukan terhadap seluruh relawan untuk melihat efikasi atau khasiat, imunogenisitas, serta memastikan keamanan dari calon vaksin Covid-19.

"Diharapkan tim uji klinis akan menyelesaikan tahap monitoring ini pada Mei 2021," ujar Honesti dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (12/11).

Namun demikian, lanjut Honesti, akan diserahkan ke Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) suatu laporan interim berupa data keamanan, imunogenisitas dan efikasi 3 bulan pada awal Januari 2021. Tujuannya, untuk mendapatkan persetujuan penggunaan dalam keadaan darurat atau EUA.

Honesti memaparkan, kegiatan uji klinis tahap tiga untuk vaksin Covid-19 merupakan bagian dari uji klinis global yang dilaksanakan empat negara atau multicenter seperti Brasil, Cile, Indonesia, dan Turki dengan total melibatkan lebih dari 20 ribu relawan. Menurut Honesti, tujuan uji klinis secara multicenter untuk melihat tingkat keampuhan vaksin pada berbagai ras di dunia.

"Di Indonesia sendiri, dilaksanakan di Bandung dengan jumlah relawan sebanyak 1.620 yang berasal dari multietnis yang ada di Indonesia, bahkan beberapa relawan ada yang berasal dari keturunan Eropa," ucap Honesti.

photo
Vaksin Covid-19 generasi pertama kemungkinan besar belum sempurna. - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement