REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengajak partisipasi seluruh elemen masyarakat termasuk seluruh tenaga medis baik dari dokter, perawat, apoteker, dan profesi lainnya dalam penanganan pandemi Covid-19. Ia juga meminta seluruh tenaga medis untuk membantu mensukseskan program vaksinasi Covid-19.
“Saya mengajak peran serta dalam rantai produksi, distribusi, dan pelayanan vaksinasi dengan memberikan pelatihan teknis terkait penanganan vaksin, serta bisa berperan menjadi promotor dan memberikan edukasi tentang vaksin,” kata Jokowi aat membuka Rapat Kerja Nasional (Rakernas) dan Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Apoteker Indonesia secara virtual di Jakarta, Kamis (5/11).
Melalui pelaksanaan acara itu, Jokowi berharap agar nantinya melahirkan banyak gagasan dan rencana-rencana aksi untuk membantu percepatan penanganan pandemi Covid-19 dan kemandirian obat dalam negeri.
Jokowi juga menyinggung, saat ini sekitar 90 persen obat dan bahan baku obat di dalam negeri masih mengandalkan impor. Padahal, kata dia, Indonesia kaya dengan keberagaman hayati di darat maupun laut.
"Oleh karena itu berdikari dalam industri obat-obatan dan alat kesehatan harus menjadi prioritas kita bersama, dan harus dilakukan dengan cara yang luar biasa, dan sinergikan kekuatan bangsa, ilmuwan, profesional, dan industri,” kata dia sebagaimana video yang disiarkan Sekretariat Presiden.
Tenaga Ahli Utama Kedeputian V Kantor Staf Presiden (KSP) Rumadi Ahmad mengatakan, pemerintah melibatkan berbagai organisasi keagamaan untuk memberikan informasi mengenai kehalalan vaksin Covid-19. Dia meminta, masyarakat agar tak mudah terprovokasi terkait isu penolakan vaksin sebelum ada pernyataan resmi dari lembaga terkait.
“Pemerintah ingin ada keterbukaan informasi terkait produksi vaksin,” ucap Rumadi dikutip dari siaran pers KSP.
Rumadi menjelaskan vaksin merupakan ikhtiar untuk mencegah, bahkan mengobati penyakit. Karena itu, ia meminta masyarakat mendukung riset untuk mendapatkan vaksin Covid-19. Lebih lanjut, ia juga yakin para ulama memiliki ilmu dan juga kearifan untuk tidak menghalangi penggunaan vaksin jika vaksin yang tersedia belum bisa dipastikan kehalalannya.
Meski begitu, kata Rumadi, pada prinsipnya segala sesuatu yang masuk dan dikonsumsi umat Islam sangat penting memastikan kehalalan. “Tapi dalam keadaan darurat, jika belum ada obat yang lain, Islam tidak melarang mengkonsumsi obat tersebut,” ucapnya.