REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pernyataan Puan Maharani yang mengatakan "semoga Sumbar mendukung negara Pancasila" menjadi polemik, dan diprediksi akan mempersulit Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dalam mencari suara di ranah Minang. Pengamat politik Pangi Syarwi Chaniago menilai ada beberapa hal yang membuat PDIP sulit untuk mendulang suara di Sumatera Barat.
Pangi menilai selama ini PDIP kurang memperhatikan sentimen dan selera pemilih orang minang. "PDIP kurang memahami voting behavior atau perilaku pemilih di Minang. Tentu saja PDIP enggak bisa copy paste strategi merebut suara di Jawa Tengah, tidak bisa disamakan dengan perilaku pemilih di Sumbar," ujar Pangi kepada Republika.co.id, Senin (7/9).
Pangi melanjutkan, menurutnya PDIP kurang bisa mengelola emosi dan sentimen orang minang itu sendiri. Ia menjelaskan, populisme minang itu punya cerita tersendiri dan kesalahan terbesar PDIP di Sumbar adalah mereka melawan arus.
Ia menjelaskan, pemilih minang memiliki tiga karakter yang tidak boleh dipertanyakan lagi, tidak boleh disindir atau dicurigai. Tiga karakter yang tidak bisa diragukan ada di dada orang Minang antara lain keislaman, adat dan nasionalisme.
"PDIP sepertinya meragukan ini, termasuk meragukan nasionalisme dan pancasila orang minang. Tentu ini sangat tidak populis, jelas sentimen negatif, karena terlalu banyak komentar dan statement yang diselancarkan petinggi PDIP agak tendensius mendiskreditkan dan mencurigai orang minang," ujarnya.
Ia menyarankan agar PDIP seharusnya mengintropeksi diri, mengambil pelajaran menggapa PDIP tidak pernah berhasil menaklukkan pemilih orang minang. Jadi jangan menyamakan strategi dan pendekatan mengambil empati sama selera antara pemilih Jawa Tengah dengan Sumbar. Padahal, dua provinsi ini sangat beda selera dan sentimen.
"Jadi PDIP saya katakan gagal membaca perilaku pemilih, menyamaratakan-menseragamkan selera pemilih Jawa Tengah/Jawa dengan Sumbar," ucap Pangi.