Senin 07 Sep 2020 20:01 WIB

Klaster Keluarga Disebut Paling Banyak Muncul di Bekasi

Berdasarkan data @pandemictalks tercatat 155 klaster keluarga di Bekasi.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Andri Saubani
Seorang anak melintas di dekat mural sosialisasi untuk hidup sehat di Rawa Pasung, Bekasi, Jawa Barat, Jumat (7/8). Klaster keluarga disebut @pandemictalks paling banyak muncul di Bekasi. (ilustrasi)
Foto: ANTARA/Fakhri Hermansyah
Seorang anak melintas di dekat mural sosialisasi untuk hidup sehat di Rawa Pasung, Bekasi, Jawa Barat, Jumat (7/8). Klaster keluarga disebut @pandemictalks paling banyak muncul di Bekasi. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Klaster keluarga kini menjadi tempat penularan virus corona SARS-CoV2 (Covid-19) yang banyak ditemui di daerah Jakarta Bogor Depok Tangerang Bekasi (Jabodetabek) dan wilayah lain di Indonesia. Tercatat, Bekasi menjadi wilayah yang paling banyak memunculkan klaster keluarga.

Analis dan Penulis @pandemictalks Firdza Radiany mengaku pihaknya telah menghimpun data resmi dari berbagai media mengenai klaster keluarga.

Baca Juga

"Hasilnya ternyata kemunculan klaster keluarga ini cukup banyak dan cukup signifikan. Misalnya yang paling parah di Bekasi ada 155 klaster keluarga dan ada 437 kasus, kemudian di Bogor ada 48 klaster keluarga dan 189 klaster keluarga," ujarnya saat mengisi konferensi virtual BNPB bertema "Cluster Keluarga dan Cara Menanganinya", Senin (7/9).

Dinas Kesehatan (Dinkes) Bogor, dia melanjutkan, mencatat sebanyak 34 persen kasus Covid-19 di Bogor berasal dari klaster keluarga dan banyak warga keluar masuk kota Bogor. Bahkan, dia melanjutkan, survei sosial yang juga dilakukan dinas ini ternyata hanya 15 persen keluarga Bogor yang percaya Covid-19 itu ada sedangkan sisanya ragu-ragu dan tidak percaya.

"Mungkin ini mengakibatkan penularan virus semakin masif," katanya.

Sayangnya, pihaknya belum mendapatkan data jumlah klaster keluarga dan kasus di wilayah Jabodetabek lainnya seperti Jakarta atau Tangerang. Tak hanya Jabidetabek, pihaknya mencatat kasus Covid-19 juga terjadi di wilayah lain seperti Yogyakarta tercatat sebanyak sembilan klaster keluarga dan 13 kasus, di Semarang, Jawa Tengah ada delapan klaster keluarga dan 10 kasus, dan Malang, Jawa Timur tercatat ada 10 klaster keluarga dan 35 kasus.

Pihaknya menyimpulkan, munculnya klaster keluarga terjadi ketika salah satu anggota keluarga terpapar virus lalu menularkan ke anggota keluarga lainnya yang ada di rumah sehingga anggota keluarga di satu rumah tersebut terinfeksi Covid-19. Akibatnya, dia melanjutkan, orang yang paling banyak terkena dampak adalah orang tua lanjut usia dan anak-anak.

Ia menegaskan, masuknya virus ini di keluarga sebagai unit sosial terkecil tentu berbahaya apalagi ketika orang yang membawa virus ini tidak merasakan gejala infeksi.

"Yang paling berbahaya adalah dengan kebudayaan bangsa Indonesia yang suka silaturahmi, arisan, main ping-pong antarkeluarga ini semakin mempercepat penularan klaster keluarga di rumah. Kondisi ini semakin diperburuk ketika warga menolak tes swab karena stigma di keluarga, lingkungan," ujarnya.

Oleh karena itu, pihaknya mengingatkan sebaiknya para warga mulai memahami bahwa klaster keluarga ini berbahaya. Untuk meminimalisasi penularan, ia meminta sirkulasi udara di rumah harus baik, pintu rumah sering dibuka, dan posisi kamar antaranggota keluarga dipisah.

Kemudian, dia melanjutkan, anggota keluarga yang bekerja di luar rumah supaya mengurangi interaksi dengan anggota keluarga yang ada di rumah dan bisa menjaga jarak sosial ketika masuk ke rumah.

photo
Klaster keluarga Covid-19 - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement