Sabtu 11 Jul 2020 14:44 WIB

Ahli: Indonesia Belum Capai Puncak Gelombang Pertama Covid

Jumlah kasus Covid-19 masih terus naik, Indonesia belum mencapai puncak kurva Covid.

Rep: Febrianto Adi Saputro, Dessy Suciati Saputri/ Red: Andri Saubani
Aktivitas petugas melakukan swab test Covid-19 gratis di tenda tertutup yang digelar BNI, di Balai Kota Bandung, Sabtu (11/7). Ahli epidemiolog menilai Indonesia belum mencapai puncak gelombang pertama infeksi Covid-19. (ilustrasi)
Foto: Edi Yusuf/Republika
Aktivitas petugas melakukan swab test Covid-19 gratis di tenda tertutup yang digelar BNI, di Balai Kota Bandung, Sabtu (11/7). Ahli epidemiolog menilai Indonesia belum mencapai puncak gelombang pertama infeksi Covid-19. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ahli Epidemiologi Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono menyebut jumlah penularan Covid-19 di Indonesia masih terus mengalami peningkatan. Bahkan, menurutnya, kondisi saat ini menunjukkan bahwa, Indonesia masih belum mencapai puncak gelombang pertama infeksi.

"Sekarang naik terus nih kita belum mencapai gelombang pertama. Sekarang lagunya masih naik-naik ke puncak gunung. Gunung ini yang menurut saya harus kita sadari. Sampai akhir tahun pun prediksi saya kalau kita tidak berubah cepat ya belum selesai," kata Pandu dalam diskusi daring, Sabtu (11/7).

Baca Juga

Ia juga tak menampik terkait kemungkinan terjadinya gelombang kedua Covid-19. Namun, hal tersebut hanya terjadi di klaster-klaster yang potensial seperti pasar tradisional, pesantren, dan sekolah kedinasan.

"Jadi klaster-klaster potensial klaster itu harus sekarang sudah diidentifikasi supaya kita bisa edukasi supaya mereka jangan  menjadi sumber pemularan," ujarnya.

Ia menambahkan, jika tidak diatasi tidak menutup kemungkinan puncak Covid-19 di Indonesia secara nasional akan terjadi dua kali seperti yang terjadi di Jakarta yang kembali mengalami peningkatan karena pergerakan penduduk selama lebaran. Oleh karena itu dirinya mengimbau masyarakat untuk senantiasa patuh mekakukan 3M untuk menekan risiko penularan. 3M yang dimaksud yaitu memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan.

"Karena tangan kita faktor terbesar untuk banyak penyakit menularkan termasuk Covid," ujarnya.

Pandu menepis adanya anggapan yang mengatakan bahwa iklim ikut berpengaruh terhadap penularan Covid-19. Sumber penularan virus menurutnya berasal dari orang ke orang.

"Katanya dulu diduga kalau iklimnya panas akan cepat mematikan, ya betul sinar matahari itu ada ultraviolet yang cepat mematikan virus tapi sumbernya dari orang ke orang. Selama masih banyak orang yang membawa  virus itu yang potensial menularkan," jelasnya.

Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto menyampaikan perkembangan Covid pada Jumat (10/7) mencapai 1.611 kasus baru dari pemeriksaan 23.609 spesimen. Total kasus positif  mencapai 72.347 orang.

“Kita mendapatkan jumlah hasil positif terkonfirmasi sebanyak 1.611 orang sehingga akumulasi totalnya menjadi 72.347 orang,” jelas Yurianto saat konferensi pers, Jumat (10/7).

Dari penambahan kasus hari ini, mayoritas kasus positif disumbangkan dari DKI Jakarta yang mencapai 260 orang. Kemudian disusul oleh Jawa Timur yang menemukan 246 kasus baru, Sulawesi Utara dengan 134 kasus baru, Sulawesi Selatan dengan 132 kasus baru, Sumatera Utara sebanyak 112 kasus baru, Jawa Barat sebanyak 105 kasus baru, dan Jawa tengah dengan 100 kasus baru.

Sementara itu, jumlah kasus sembuh pada hari ini dilaporkan sebanyak 878 orang dan menjadikan total kasus sembuh mencapai 33.529 orang. Sedangkan laporan kasus meninggal sebanyak 52 orang sehingga total kasus meninggal mencapai 3.469 orang. Yurianto juga mencatat, masih dilakukan pemantauan terhadap 38.705 ODP dan pengawasan terhadap 13.882 PDP.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement