Senin 16 Mar 2020 17:06 WIB

Wahana Bermain Anak Disarankan untuk Tutup Sementara

Kebijakan diliburkannya sekolah perlu dibarengi dengan dibatasinya tempat bermain.

Rep: Agus Raharjo/ Red: Dwi Murdaningsih
Anak bermain (ilustrasi).
Foto: Antara/Abriawan Abhe
Anak bermain (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Pemerintah disarankan menutup wahana bermain di Indonesia sebagai tindak lanjut keputusan meliburkan sekolah selama dua pekan. Hal ini untuk mengefektifkan pencegahan penyebaran virus korona atau Covid-19.

Anggota Komisi III DPR Khairul Saleh menuturkan, kebijakan meliburkan sekolah bagi daerah terdampak wabah corona patut diapresiasi sebagai tindakan pemerintah mengendalikan wabah corona. Tetapi, hal itu juga harus didukung dengan pembatasan kerumunan orang berkumpul seperti di wahana bermain anak.

Baca Juga

Tanpa langkah itu, upaya pemerintah akan sia-sia karena tetap membiarkan masyarakat berkumpul di tempat umum atau hiburan. "Sehingga peliburan nasional ini kurang tepat karena tanpa disadari bisa menjadi upaya  pembodohan siswa," tuturnya kepada Republika.co.id, Senin (15/3).

Sultan Kerajaan Banjar ini menambahkan, upaya pemerintah untuk meliburkan sekolah juga harus diikuti sampai ke tingkat Rukun Tangga (RT) agar bisa mengantisipasi pengalihan berkumpulnya massa. Selain mencegah kerumunan masyarakat, pemerintah juga diminta lebih ketat dalam mengawasi munculnya berita bohong atau hoaks terkait virus korona.

Menurut Khairul, pengawasan hoaks harus dibarengi dengan gencarnya Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk menyebarkan informasi upaya menghindari penyebaran Covid-19 yang bisa dilakukan secara mandiri oleh masyarakat. Di sisi lain, informasi terkait kasus sembuh dari virus korona juga harus masif diinformasikan kepada masyarakat. Hal ini untuk menumbuhkan sikap optimisme masyarakat dalam menghadapi wabah virus yang berasal dari Wuhan, Cina ini.

Menurut politikus Partai Amanat Nasional ini, peran lembaga keagamaan seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI), Dewan Gereja Indonesia, atau lembaga keagamaan lain penting untuk mengedukasi masyarakat. Terutama untuk membangkitkan optimisme masyarakat Indonesia.

"Bahwa virus Covid-19 bukan untuk ditakuti tetapi sebatas kewaspadaan," ujarnya.

Ia mengimbau agar lembaga keagamaan menanamkan narasi bahwa virus juga ciptaan Tuhan. Jangan sampai tertanam pada pikiran masyarakat Indonesia lebih takut kepada virus corona dibandingkan kepada Tuhan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement