Sabtu 16 Nov 2019 22:45 WIB

BMKG: Gempa Maluku, Bali dan Ambon tidak Saling Berkaitan

BMKG juga menyebut rentetan gempa memiliki sumber berbeda.

Petugas BMKG memantau perkembangan gempa (ilustrasi).
Foto: Antara/Izaac Mulyawan
Petugas BMKG memantau perkembangan gempa (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan, gempa bumi yang terjadi di Laut Maluku, Bali Utara, dan Ambon tidak saling berkaitan. Rentetan gempa juga memiliki sumber berbeda serta mekanisme yang berlainan.

"Apakah ketiga gempa tersebut saling berkaitan dan saling picu? Tentu saja tidak berkaitan dan gempa tidak menjalar ke sana ke mari," kata Kepala Bidang Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Sabtu (16/11.

Gempa Laut Maluku berkekuatan magnitudo 7,1 terjadi pada Kamis (14/11), Gempa Bali Utara magnitudo 5,0 juga pada Kamis (14/11), dan Gempa Ambon magnitudo 6,5 terjadi 26 September yang ketiganya memiliki kesamaan dalam tipe gempa. Ketiga gempa tersebut memiliki tipe yang diawali oleh aktivitas gempa pendahuluan (foreshock), selanjutnya terjadi gempa utama (mainshock) dan kemudian diikuti oleh serangkaian gempa susulan (aftershock).

Update hingga Sabtu 16 November 2019 pukul 18.00 WIB, tercatat gempa Laut Maluku diikuti sebanyak 185 gempa susulan, gempa Bali Utara diikuti 100 gempa susulan, dan gempa Ambon diikuti 2.345 gempa susulan. Meskipun ketiga gempa tersebut memiliki tipe yang sama, akan tetapi memiliki perbedaan dalam hal sumber gempa dan mekanisme sumbernya.

Gempa Laut Maluku dipicu oleh deformasi batuan dalam lempeng Laut Maluku (gempa intraslab), Gempa Bali Utara dibangkitkan oleh sumber gempa struktur Sesar Naik di Utara Bali, dan gempa Ambon terjadi akibat aktivitas sesar aktif yang belum terpetakan sebelumnya. Selain berbeda dalam sumber gempa, ketiga gempa tersebut juga berbeda dalam mekanisme sumbernya. Gempa Laut Maluku memiliki mekanisme sumber sesar naik (thrust fault), Gempa Utara Bali memiliki mekanisme sumber kombinasi pergerakan dalam arah mendatar dan naik (oblique thrust), dan gempa Ambon memiliki mekanisme sesar geser (strike slip).

Daryono menegaskan, bahwa banyaknya aktivitas gempa bumi di Indonesia bukan disebabkan oleh adanya saling picu antargempat. "Tingginya frekuensi aktivitas gempa bumi disebabkan karena di Indonesia memang banyak terdapat sumber gempa," kata dia.

Indonesia memiliki enam sumber gempa tumbukan lempeng yang jika dirinci menjadi 13 zona sumber gempa megathrust. Selain itu Indonesia juga masih memiliki sumber gempa sesar aktif lebih dari 295 segmen yang menyebabkan Indonesia sering terjadi gempa bumi.

"Setiap sumber gempa memiliki proses akumulasi medan tegangan sendiri-sendiri, mencapai fase “matang” sendiri-sendiri, dan selanjutnya mengalami rilis energi dalam bentuk gempa bumi sendiri-sendiri. Jadi banyaknya kejadian gempa bukan karena gempa saling menjalar ke sana ke mari," kata Daryono menegaskan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement