Rabu 23 Oct 2019 14:29 WIB

Jakarta Panas, Warga Pilih Kurangi Aktivitas di Luar

Jabodetabek diperkirakan memasuki musim hujan pertengahan atau akhir November.

Rep: Abdurrahman Rabbani/ Red: Ani Nursalikah
Warga menghalau sinar matahari dengan pakaiannya saat melakukan aktivitas di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Selasa (22/10/2019).
Foto: Antara/Muhammad Adimadja
Warga menghalau sinar matahari dengan pakaiannya saat melakukan aktivitas di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Selasa (22/10/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Suhu udara Jakarta dan sekitarnya dalam beberapa hari ini mencapai 35 derajat Celsius. Hal tersebut berdampak pada sebagian warga Jakarta yang memilih mengurangi aktivitas di luar ruangan, Rabu (23/10).

“Cuaca hari ini panas seperti biasa, beberapa hari terakhir cuaca di Jakarta tidak wajar. Kadang saya menunda melakukan aktivitas di luar,” kata Nadilah, salah seorang pekerja kantoran di wilayah Kemang, Jakarta Selatan.

Baca Juga

Menurutnya, ia mengurangi sejumlah aktivitas pada saat suhu udara Jakarta mencapai 35 derajat Celsius. Selain itu, ia melakukan aktivitas jika memang adanya kebutuhan terdesak. Dirinya mengatakan sudah beberapa hari ini suhu udara Jakarta membuat dirinya merasakan sakit kepala.

Menurut salah satu pengguna trotoar di Jalan Jenderal Sudirman yang juga penumpang ojek daring, Dewi Maharani, setiap hari suhu udara Jakarta memang panas, tapi kali ini berbeda. “Ini panasnya mungkin udah lebih dari 35 derajat ya, tadi saya waktu jalan menuju ke kantor panas banget, keringetan ditambah jalanan tadi cukup padat. Kalau bukan tuntutan saya nggak berangkat mas,” ujarnya.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengatakan memanasnya suhu udara di sekitar Jakarta disebabkan beberapa faktor. Salah satunya karena wilayah Jabodetabek belum memasuki musim penghujan dan masih di penghujung musim kemarau.

"Indonesia itu memiliki zona musim yang berbeda-beda. Ada 342 zona musim. Jabodetabek itu belum masuk musim penghujan. Prediksi kita adalah pertengahan atau akhir November," kata Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG, Fahry Rajab saat dihubungi, Rabu, (23/10).

Selain itu, udara yang bertiup ke wilayah Indonesia, terutama Jabodetabek merupakan udara kering dari Australia. Sifat udara dari Australia ini memang panas.

"Kemudian pertumbuhan awan di atas Jakarta dan Jawa pada umumnya sangat sedikit ya," ujarnya.

Komposisi awan di langit Jakarta minim sehingga mengakibatkan sinar matahari yang terik langsung menimpa tanah tanpa ada penghalang dari awan. Hal tersebut menjadikan panas di bumi menjadi maksimal.

Fahry mengatakan, saat ini posisi matahari tepat di atas garis ekuator atau khatulistiwa. Hal ini juga menyebabkan beberapa daerah di Indonesia mengalami hari tanpa bayangan.

"Nah, itu kan karena posisi matahari tepat di atas Indonesia sekarang. Nah itu yang menyebabkan kenapa suhu terasa panas sekarang ya," ujarnya.

Fahry menyebutkan, BMKG mencatat suhu di wilayah Jakarta pernah menembus angka 39 derajat Celsius. Menurutnya, hal ini diprediksi akan berlangsung selama tiga hari ke depan.

Terpantau pada pukul 11.18 WIB di Jalan Jenderal Sudirman, tepatnya depan stasiun MRT Bundaran HI, suhu udara Jakarta saat ini dapat dirasakan membuat kulit terasa perih dan menyebabkan sakit kepala. Terlihat juga, orang-orang berjalan sembari mencari tempat teduh di bawah bayangan pohon.

Sebagian dari mereka melewati jalan trotoar sembari menutup kepala dengan tas. Tampak satu orang berjalan sambil mengernyitkan dahi sebab panasnya matahari. Banyak pengendara sepeda motor, termasuk pengendara ojek daring berteduh di bawah pohon di Jalan Sudirman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement