Jumat 18 Oct 2019 07:17 WIB

Gubernur Berharap 60 Persen Warga Bali Jadi Petani

Sektor pertanian dan pangan menyumbang 14,5 persen dari total pendapatan Bali.

Petani memeriksa kondisi tanaman cabe yang terkena abu vulkanis pascaerupsi Gunung Agung di Desa Pemuteran, Karangasem, Bali.
Foto: Antara/Nyoman Hendra Wibowo
Petani memeriksa kondisi tanaman cabe yang terkena abu vulkanis pascaerupsi Gunung Agung di Desa Pemuteran, Karangasem, Bali.

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Gubernur Bali Wayan Koster mengharapkan 60 persen penduduk di Pulau Dewata menjadi petani untuk menguatkan fondasi perekonomian daerah setempat. Dia mengatakan akan menggeser ketergantungan pada pariwisata ke sektor primer seperti pertanian dengan perlahan.

"Berkaitan dengan itu, dari total 4,2 juta penduduk Bali, 60 persen di antaranya diharapkan mampu berprofesi sebagai petani sehingga punya fondasi ekonomi untuk jangka panjang," kata Koster saat menyampaikan sambutan pada malam kesenian 16th Asian Food Conference 2019 di Jayasabha Denpasar, Bali, Kamis (17/10).

Baca Juga

Menurutnya, salah satu kebijakan yang tengah disusun adalah memprioritaskan sektor pangan. "Visi saya adalah pengelolaan pangan dari hulu ke hilir, dan kami sangat butuh pengetahuan para ahli pangan untuk mewujudkan itu," ujarnya.

Koster menilai selama ini kebijakan pemerintah banyak bertumpu di hulu. Namun, setelah ada hasil, malah tidak diurus dengan baik.

"Ketika musim jeruk, manggis, anggur, harganya jatuh. Petani kurang sejahtera. Ini harus diurus lengkap secara menyeluruh," ucap pria kelahiran Kabupaten Buleleng itu.

Dia menambahkan, kebijakan yang tertuang dalam Pergub 99 Tahun 2018 tentang Pemanfaatan dan Pengelolaan Hasil Pertanian, perlu dukungan para ahli. "Kami perlu banyak bergaul dengan ahli pangan untuk mengembangkan industri pengolahan pangan serta membuat sentra-sentra pengolahan pangan," katanya.

Koster menyebut kontribusi sektor pertanian dan pangan baru menyumbang 14,5 persen dari total pendapatan Bali dan sektor pariwisata telah menyentuh angka 69 persen. "Kami ingin mengubah ini, agar tidak timpang. Nilai tukar hasil komoditas petani masih kecil. Perlu hilirisasi pertanian untuk pengembangan sektor pangan di Bali. Untuk itu, saya akan mengundang para ahli untuk berdiskusi dan mencari solusi," ucapnya.

President The Federation of the Institute of Food Science and Technology in ASEAN (FIFSTA) Prof Umar Santoso yang juga mewakili perhimpunan ahli pangan Indonesia mengapresiasi tinggi konferensi pangan. "Kami berharap bisa mendapatkan banyak manfaat dari penyelenggaraan konferensi di Bali," ujarnya.

Kegiatan dengan banyak agenda mulai dari workshop hingga kompetisi antarmahasiswa selama tiga hari di Bali ini berkolaborasi dengan Fakultas Tekonologi Pertanian Universitas Udayana .Umar juga menyatakan siap membantu dan mendukung program Gubernur Bali memperkuat sektor pertanian dan pangan, mulai dari pascapanen, gizi, bidang pengolahan hingga distribusi pangan.

"Kebetulan anggota kami kebanyakan dari bidang teknologi pertanian dan pangan. Anggota kami siap mendukung, dan izinkan kami membantu sebisa kami," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement