REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— MataAir Foundation mengutuk keras kasus penusukan Menkopolhukam, Wiranto, di Pandeglang, Rabu (10/10). Ironisnya, aksi kriminal tersebut dilakukan di hadapan kerumunan yang juga dipenuhi pelajar usia dini.
Direktur Eksekutif MataAir Foundation, Muhammad A Idris, para pelajar tersebut harus mendapatkan pendampingan trauma agar peristiwa yang disaksikan tidak membekas sebagi contoh kebenaran.
Jika melihat video yang beredar, dia menilai peristiwa ini memalukan yang dipertontonkan di hadapan pelajar yang sebagian besar anak-anak. “Sudah tidak bisa ditawar sekolah beserta stakeholdernya harus mulai sadar, jika ada indikasi terpapar segera di damping" kata Idris yang juga sebagai founder Indonesia Youth Forum (IYF) di Jakarta, Kamis (10/10).
Dia menilai kasus penyerangan pejabat negara ini bukan sekadar peristiwa kekerasan atau kriminal. Sekaligus menunjukkan bahwa radikalisme, intoleransi, bahkan kekerasan itu bukan sekedar peristiwa musiman. Melainkan soal kesempatan dan momentum kapan mereka akan berbuat dan menampakkan diri sebagi pesan eksistensinya.
Dia mengingatkan langkah prefentif harus ditempuh sejak usia dini, khususnya pelajar. Benih kebencian , intoleransi yang mudah menyusul lantaran informasi tunggal tanpa ada ruang diskusi dan klarifikasi menjadi kebenaran tunggal yang diyakini. “Entah politik, agama mapun hal lain yang dianggap beda dengan diri dan komunitasnya selalu salah dan sesat,” kata dia.