Kamis 03 Oct 2019 04:35 WIB

Laut Selatan Jabar Berpeluang Alami Gelombang Tinggi

BMKG menyebut laut selatan Jabar dan DIY memasuki masa pancaroba

Rep: ayobandung.com/ Red: ayobandung.com
 Laut selatan Jawa Barat
Laut selatan Jawa Barat

CILACAP, AYOBANDUNG.COM -- Meski kini sedang peralihan musim angin timuran ke angin baratan (pancaroba), gelombang tinggi masih berpeluang terjadi di laut selatan Jawa Barat, Jawa Tengah, dan DI Yogyakarta. Hal itu dikatakan Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoyo.

"Saat sekarang, di wilayah perairan selatan Jabar-DIY maupun Samudra Hindia selatan Jabar-DIY memang sudah memasuki masa pancaroba atau transisi dari musim angin timuran menuju musim angin baratan, namun gelombang tinggi masih berpotensi terjadi," katanya di Cilacap, Jawa Tengah, Rabu (2/10).

Kendati demikian, dia mengatakan, potensi gelombang tinggi tersebut fluktuatif atau tidak sesering saat musim angin timuran, khususnya Agustus-September. Selain itu, kata dia, tinggi gelombang maksimum diperkirakan hanya mencapai 4 meter atau tidak seperti saat puncak musim angin timuran yang bisa mencapai 6 meter.

Menurut dia, peluang terjadinya gelombang tinggi tersebut disebabkan arah embusan angin pada masa transisi bervariasi. "Anginnya kadang masih timuran atau dari arah timur-tenggara, kemudian berbalik, sehingga kadang gelombangnya tinggi," jelasnya.

AYO BACA : Menteri Susi Dorong Dialog Antarnegara Atasi Pencurian Ikan

Dia mengatakan gelombang tinggi akan kembali sering terjadi ketika wilayah perairan selatan Jabar-DIY maupun Samudra Hindia selatan Jabar-DIY memasuki musim angin baratan. "Musim angin baratan diprakirakan akan berlangsung mulai akhir bulan Oktober seiring datangnya dengan musim hujan. Saat musim angin baratan, di belahan bumi selatan banyak terdapat pusat tekanan rendah sehingga gelombang tinggi kembali sering terjadi dan puncaknya diprakirakan akan berlangsung pada bulan Desember," katanya.

Lebih lanjut, Teguh mengatakan pihaknya telah mengeluarkan peringatan dini gelombang tinggi di perairan selatan Jabar-DIY maupun Samudra Hindia selatan Jabar-DIY yang berlaku hingga tanggal 2 Oktober 2019.

Dalam hal ini, kata dia, tinggi gelombang di perairan selatan Sukabumi, Cianjur, Garut, Tasikmalaya, Pangandaran, Cilacap, Kebumen, Purworejo, dan Yogyakarta diprakirakan berkisar 1,25-2,5 meter, sedangkan di Samudra Hindia selatan Sukabumi, Cianjur, Garut, Tasikmalaya, Pangandaran, Cilacap, Kebumen, Purworejo, dan Yogyakarta diprakirakan berkisar 2,5-4 meter.

Menurut dia, gelombang tinggi tersebut dipengaruhi oleh Badai Mitag yang muncul di perairan Tiongkok, pusat tekanan rendah di Samudra Pasifik timur Filipina, serta pola sirkulasi Eddy di Samudra Hindia di barat Aceh dan Kalimatan Tengah.

"Tinggi gelombang pada tanggal 3-4 Oktober diprakirakan mulai berkurang meskipun di beberapa wilayah masih berpotensi mencapai 4 meter," katanya.

AYO BACA : Menteri Susi: Ada Indikasi Pembangunan Kapal Ikan Ilegal oleh Asing

Ia memrakirakan tinggi gelombang pada 3-4 Oktober untuk wilayah perairan selatan Sukabumi-Cianjur berkisar 2-3,5 meter, perairan  selatan Garut-Tasikmalaya-Pangandaran berkisar 1,5-3 meter, perairan selatan Cilacap berkisar 1,5-3 meter, perairan selatan Kebumen-Purworejo berkisar 1,5-3 meter, dan perairan selatan Kulon Progo-Bantul-Gunung Kidul berkisar 1,5-3 meter.

Sementara tinggi gelombang di Samudra Hindia selatan Jabar maupun Samudra Hindia selatan Jateng-DIY diperkirakan berkisar 2,5-4 meter.

Terkait dengan hal itu, Teguh mengimbau nelayan dan semua pihak yang melakukan aktivitas di laut untuk tetap memperhatikan informasi prakiraan tinggi gelombang yang dikeluarkan BMKG sebelum berangkat melaut, khususnya yang berkaitan dengan risiko angin kencang dan gelombang tinggi terhadap keselamatan pelayaran.

Dia mengatakan, nelayan tradisional yang menggunakan perahu berukuran kecil agar mewaspadai angin dengan kecepatan di atas 15 knot dan tinggi gelombang lebih dari 1,25 meter.

"Jika memungkinkan, nelayan diimbau untuk tidak melaut terlebih dahulu karena tinggi gelombang lebih dari 1,25 meter sangat berbahaya bagi kapal berukuran kecil," katanya.

Selain itu, kata dia, operator tongkang diimbau agar mewaspadai angin dengan kecepatan lebih dari 16 knot dan tinggi gelombang di atas 1,5 meter.

Ia mengatakan kapal feri juga diminta mewaspadai kecepatan angin lebih dari 21 knot dan tinggi gelombang di atas 2,5 meter, sedangkan kapal ukuran besar, seperti kapal kargo atau pesiar, diimbau waspada terhadap kecepatan angin lebih dari 27 knot dan tinggi gelombang di atas empat meter.

AYO BACA : Susi: Mohon Maaf, Saya Hanya Manusia Biasa

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ayobandung.com. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ayobandung.com.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement