Senin 26 Aug 2019 19:51 WIB

Aksi Besar-besaran Hoaks, Polda Papua Barat Tetap Berjaga

Beredar kabar melalui pesan singkat akan terjadi aksi besar-besaran di Sorong.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Andri Saubani
[ilustrasi] Prajurit Kostrad dari Yon Armed 13 menaiki truk saat tiba di Bandara Domine Eduard Osok (DEO) Kota Sorong, Papua Barat, Selasa (20/8/2019).
Foto: Antara/Olha Mulalinda
[ilustrasi] Prajurit Kostrad dari Yon Armed 13 menaiki truk saat tiba di Bandara Domine Eduard Osok (DEO) Kota Sorong, Papua Barat, Selasa (20/8/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Beredar pesan bahwa akan terjadi unjuk rasa besar-besaran terkait kekecewaan masyarakat Papua atas tindakan rasial yang terjadi di Surabaya dan Malang pekan lalu. Kabar yang beredar melalui pesan singkat tersebut direncanakan menjadi aksi lanjutan di Sorong pada Senin (26/8).

Kepala Bidang Humas Kepolisian Papua Barat, AKBP Mathias Krey mengatakan, pemberitaan atau kabar terkait aksi lanjutan di Sorong tidak terjadi hingga sore ini. Dengan kata lain, pesan berantai tersebut merupakan berita bohong (hoaks).

Baca Juga

“Iya itu hanya berita hoaks,” kata dia ketika dikonfirmasi Republika, Senin (26/8).

Kendati demikian, menurut dia, pihaknya akan terus waspada terkait kabar sekecil apa pun yang dapat memancing ataupun berpotensi kerusuhan. Ia tidak menampik dari pemberitaan tersebut, banyak institusi termasuk sekolah di berbagai tingkatan diliburkan karena kekhawatiran yang mendalam.

“Tetap saja sebagai aparat kita tidak boleh underestimate,” papar dia.

Sebelumnya, sempat beredar isu terkait adanya rencana aksi susulan yang akan digelar di kantor Gubernur Papua Barat. Namun, hingga Senin (26/8) sore tidak ada tanda-tanda penyampaian protes yang terjadi dari masa.

Ketua DPRD Provinsi Papua Barat, Pieter Kondjol, mengatakan, aktivitas di Sorong memang sepi sejak pagi hingga sore ini. Namun demikian, pihaknya telah berkoordinasi dengan pihak terkait termasuk kepolisian dan lainnya untuk tetap siaga.

Menurut dia, kabar tersebut juga sudah mulai beredar sejak beberapa hari sebelumnya. Sehingga dalam prosesnya membuat khawatir beberapa pihak termasuk sekolah yang kemudian memulangkan siswa-siswinya terkait isu tersebut.

“Sebagai sesama anak papua, saya harap semua bisa menjaga kondusifitas,” kata dia kepada Republika.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement