Senin 26 Aug 2019 15:42 WIB

Ketua DPRD Papua Barat: Blokir Internet Jangan Terlalu Lama

Pemblokiran maupun penyempitan akses internet mengganggu banyak bidang.

Rep: Zainur Mahsir/ Red: Teguh Firmansyah
Warga melakukan aksi unjuk rasa di depan Kantor DPRD Kabupaten Nabire, Papua, Kamis (22/8/2019).
Foto: antara/Arys
Warga melakukan aksi unjuk rasa di depan Kantor DPRD Kabupaten Nabire, Papua, Kamis (22/8/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) masih memberlakukan pemblokiran akses internet di Papua hingga Senin (26/8). Pemblokiran tersebut juga belum bisa dipastikan kapan bisa dinormalkan kembali.

Ketua DPRD Provinsi Papua Barat, Pieter Kondjol mengatakan, ada banyak efek dari pemblokiran internet di Papua dan Papua Barat. Menurut dia, penyempitan akses dari pemblokiran tersebut juga mengganggu banyak bidang.

Baca Juga

“Saya pikir untuk pemblokiran ini jangan terlalu lama karena akan ada efeknya juga,” ujar dia kepada Republika.co.id, Senin (26/8).

Kendati demikian, dia mengatakan, ada dampak baik juga dari pemblokiran tersebut terkait kondisi di Papua saat ini. Menurut dia, dengan adanya pemblokiran, ada situasi aman yang bisa dikondisikan. 

Selain itu penyebaran berita yang bisa menyulut aksi atau yang mengandung berita bohong juga bisa dikendalikan. Namun ia menegaskan, pemerintah harus mempunyai komitmen hingga kapan pemblokiran tersebut akan berlangsung. “Itu menurut kacamata saya,” kata dia.

Kepada Republika.co.id, Pieter memaparkan, sejak kemarin (25/8) penggunaan wifi sudah tidak aktif lagi. Padahal sebelumnya, menurut dia pemblokiran hanya ada di jaringan provider umum dan tidak mencakup wifi.

“Sebelumnya kan hanya untuk layanan umum, dan sejak kemarin untuk wifi pun sudah tidak diaktifkan. Dan di Manokwari atau secara umum di tanah papua juga sama seperti itu,” tutur dia.

Dia menegaskan, kendati pemblokiran internet masih dilakukan, masyarakat Papua masih bisa berkomunikasi secara langsung ataupun menggunakan layanan pesan singkat. Sebab, pemblokiran yang hanya mencakup internet tersebut tidak dilakukan pada layanan SMS.

“Untuk berbagi informasi di Papua pakai SMS, sekarang saya juga ada di Jakarta, dipanggil presiden termasuk eksekutif Papua juga, jadi kami masih bisa berkomunikasi menggunakan internet,” ujar dia melalui sambungan telepon berbasis internet.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement