Selasa 20 Aug 2019 16:18 WIB

Polisi: Situasi di Papua dan Papua Barat Kondusif

Masih ada aksi demonstrasi di Kota Sorong.

Rep: Bambang Noroyono/ Red: Teguh Firmansyah
Warga melintas di samping bangkai mobil yang terbakar di Manokwari, Papua Barat, Selasa (20/8/2019).
Foto: Antara/Tomi
Warga melintas di samping bangkai mobil yang terbakar di Manokwari, Papua Barat, Selasa (20/8/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mabes Polri menyebut kondisi situasi dan keamanan di Papua dan Papua Barat berangsur kondusif. Di Kota Manokwari dan Jayapura, dikatakan tak ada lagi aksi demonstrasi. Adapun di Sorong, dikabarkan, Selasa (20/8) siang waktu setempat, masih terjadi aksi unjuk rasa yang diikuti sekitar 500 warga dan kelompok pemuda.

“Untuk aktivitas masyrakat di Jayapura (Papua) dan Manokwari (Papua Barat) sudah berangsur normal. Semua berjalan dengan baik. Di Sorong (Papua Barat) memang masih ada aktivitas massa di satu titik,” kata Karo Penmas Mabes Polri Brigjen Dedi Prasetyo kepada wartawan di Gedung Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan (Jaksel), Selasa (20/8).

Baca Juga

Menurut Dedi,  aksi penyampaian pendapat di Sorong berjalan damai. Situasi keamanan di kota tersebut, terbilang normal.  “Polri bersama TNI (Tentara Nasional Indonesia) di sana, dibantu pemerintah dan tokoh masyarakat setempat, saling berkomunikasi yang dengan pengunjuk rasa untuk sama-sama memberikan rasa aman,” kata Dedi.

Ia memastikan, sampai Selasa (20/8) menjelang sore waktu Jakarta, belum ada laporan tentang aktivitas yang memerlukan tindakan hukum di Papua, pun Papua Barat.

Meskipun dikatakan berangsur aman, kata Dedi, kepolisian sejak Senin (19/8) memutuskan untuk menambah jumlah pasukan. Ia menerangkan, ada tambahan personel keamanan sebanyak empat satuan setingkat kompi (ssk) yang didatangkan dari kepolisian wilayah timur, untuk mempertebal pengamanan di kota-kota utama di Papua dan Papua Barat.

Di Manokwari, pada Senin (19/8) kepolisian mengerahkan tujuh SSK dalam pengamanan situasi dan dibantu dua kompi pasukan dari TNI. Namun pengamanan pada Senin (19/8), tak mampu meredam amuk dari aksi protes warga Papua.

Di Manokwari, Gedung DPRD Papua Barat dibakar massa. Sedangkan di Sorong, aksi massa nekat merusak Bandar udara (bandara) Domine Eduard Osok.

Kabag Humas Dirjen Permasyarakatan (Dirjen PAS) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) Ade Kusmanto, kepada Republika menyampaikan, gejolak sosial di Kota Sorong, juga memicu aksi penyerangan ke Lapas Kelas II B Sorong.

“Provokasi pendemo dari luar lapas memicu emosional para narapidana,” terang dia lewat pesan singkat, Selasa (20/8). Para narapidana yang berada di dalam, kata Ade pun melawan petugas dengan melakukan pembakaran.

Sebanyak 258 dari 547 narapidana, berhasil kabur dari lapas. Terkait ini, Dedi melanjutkan kepolisian masih melakukan inventarisir persoalan. Sebab kata dia, aksi pembakaran di Lapas Sorong bukan akibat dari aksi demonstrasi. “Itu menyangkut kerusuhan di dalam lapas. Bukan karena kerusuhan yang terjadi di luar lapas,” sambung Dedi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement