Senin 19 Aug 2019 17:47 WIB

Riset I2: 10 Menteri Tervokal 2019 di Media Massa

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dinobatkan sebagai Menteri Tervokal 2019 .

Sejumlah menteri Kabinet Kerja mengikuti Sidang Tahunan MPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (16/8/2019).
Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Sejumlah menteri Kabinet Kerja mengikuti Sidang Tahunan MPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (16/8/2019).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Sejumlah menteri dari Kabinet Kerja Jokowi-JK akan segera mengakhiri masa tugasnya. Sepak terjang para Menteri Kabinet Kerja tak pernah lepas dari pantauan media massa di Tanah Air.

Indonesia Indicator (I2) mencatat, sepanjang 1 Januari hingga 31 Juli 2019, total pemberitaan dari 3.735 media online mencapai 6.041.378 berita. Sebanyak 550.000 di antaranya memberitakan  kinerja Menteri Kabinet Kerja dan Kebijakan Kementerian . Data tersebut dianalisis secara real time dengan menggunakan sistem Intelligence Media Management (IMM) yang berbasis Artificial Intelligence.

Direktur Komunikasi Indonesia Indicator (I2), Rustika Herlambang mengatakan, pada semester pertama 2019, tercatat terdapat 10 nama menteri yang tercatat paling banyak diberitakan media atau Menteri Terpegah. "Indonesia Indicator menggunakan istilah  “terpegah” yang berarti termasyhur yang dimaknakan lebih netral ketimbang istilah populer yang berarti “terkenal dan disukai," ujarnya saat menyampaikan hasil riset bertajuk "Menteri dalam Framing Media Online 2019".

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dinobatkan sebagai Menteri Terpegah 2019 nomor 1 dengan jumlah pemberitaan mencapai 29.240 berita. Menurut Rustika, Budi Karya mendapat sorotan yang paling besar dari media, diantaranya karena situasi mudik yang disusul dengan naiknya harga tiket pesawat. Posisi kedua Manteri Terpegah 2019 ditempati Menkopolhukam Wiranto dengan 28.550 berita.

"Menko Polhukam Wiranto menjadi menteri yang paling banyak diberitakan menyusul situasi politik dan keamanan menjelang dan sesudah pencoblosan, selain terkait kerusuhan 22 Mei," kata Rustika, dalam siaran persnya kepada Republika.co.id, Senin (19/8).

Posisi ketiga menteri yang paling banyak diberitakan media adalah Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dengan 26.299 berita.  Menurut Rustika, Sri Mulyani paling banyak diberitakan karena fokus kerja pemerintah menstabilkan nilai tukar rupiah, dampak perang dagang AS – Tiongkok, termasuk isu utang luar negeri.  Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo menempati rangking keempat Menteri Terpegah dengan 23.080 berita. 

Sedangkan, posisi kelima ditempati Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dengan 21.338 berita.

Sementara itu, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menjadi menteri paling banyak diberitakan media keenam dengan 18.515 berita. Posisi ketujuh hingga sepuluh Menteri Terpegah 2019 diduduki Menteri Pariwisata Arief Yahya dengan 17.843 berita, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono dengan 17.432 berita, Menkominfo Rudiantara sebanyak 14.896 berita, dan Menseskab Pramono Anung sekitar 13.927 berita.

"Dalam hal Menteri Terpegah, posisi figur adalah sebagai Objek, artinya, figur yang dirujuk oleh media," ungkap Rustika.

Menteri Tervokal

Selain itu, Indonesia Indicator juga menempatkan 10 nama Menteri Tervokal 2019 di media online. 'Dalam riset ini digunakan kata 'tervokal' atau 'paling banyak bersuara' untuk menerjemahkan kata 'influencer'," papar Rustika. Ia menambahkan, Menteri Tervokal dipilih karena pernyataannya paling banyak dikutip media. 

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dinobatkan sebagai Menteri Tervokal 2019 dengan dengan 62.099 pernyataan. Posisi kedua ditempati Menhub Budi Karya Sumadi dengan 59.873 pernyataan. Menko Polhukam Wiranto masuk dalam posisi ketiga Menteri Tervokal dengan 57.061 pernyataan.

Sementara, posisi keempat Menteri Tervokal diduduki Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dengan 44.651 pernyataan. Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo  menjadi Menteri Tervokal kelima dengan 44.193 pernyataan. 

Posisi keenam hingga sepuluh menteri yang pernyataannya paling banyak dikutip media adalah Menko Maritim Luhut B Pandjaitan 39.742 pernyataan, Menkominfo Rudiantara 36.422 pernyataan, Menteri Pariwisata Arief Yahya 33.404 pernyataan, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin 31.522 pernyataan, serta Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman 28.571 pernyataan.

"Di antara menteri paling banyak diberitakan dan tervokal masih diisi oleh tiga nama tersebut, meski dalam urutan yang berbeda," ucap Rustika. 

Ia menambahkan, riset ini juga mengikuti berbagai pemberitaan 30 kebijakan kementerian sepanjang 2019 yang terbanyak ditulis media. Kinerja kementerian yang erat dikaitkan dengan menterinya adalah Revolusi Industri 4.0 (Menperin), Dana Desa (Mendes PDT), Pengelolaan Media Sosial – pasca kerusuhan 22 Mei (Menkominfo), Pembangunan Jalan Tol (Men PUPR), Haji dan Umroh (Menag). Selain itu, Penenggelaman dan Penangkapan Kapal Ilegal Fishing (Menteri KKP), PPDB 2019 dan Pengembangan Pendidikan Vokasi (Mendikbud), Impor Bahan Pokok (Mendag), CPNS dan PPPK (MenPAN-RB).

"Dari 30 kebijakan tersebut, tidak seluruhnya mendapatkan respon positif dari media dan stakeholder," ujar Rustika. Sebesar 68 persen program kerja dari kementerian  mendapatkan respons positif. Sedangkan, 15 persen mendapatkan respons negatif, dan 17 persen mendapatkan respon pro dan kontra. 

Terkait kebijakan yang menuai pro dan kontra pun banyak ketidaksepakatan dalam tubuh pemerintah sendiri. Seperti kebijakan Menteri KKP tentang larangan penggunaan cantrang dan penanganan illegal fishing dengan penenggelaman kapal ditentang oleh Menko Kemaritiman sendiri, Luhut Binsar Panjaitan, juga Wapres Jusuf Kalla. Kebijakan larangan cantrang juga ditolak oleh stakeholder seperti Aliansi Nelayan Indonesia. 

Sri Mulyani di Media Online

Berdasarkan hasil analisis Indonesia Indicator terhadap data perbincangan di media sosial maupun pemberitaan media online selama setahun (Juli 2018-Juli 2019) setidaknya ditemukan beberapa hal menarik yang perlu diketahui publik. 

Yang pertama, diketahui dua srikandi yang saat ini menjadi menteri di Kabinet Jokowi-JK yaitu Sri Mulyani dan Susi Pudjiastuti  menjadi menteri yang tergolong kerap disebut netizen atau media online dan, terpantau aktif berkomunikasi di dunia maya. Keduanya memang dikenal publik sebagai sosok menteri yang bukan hanya memiliki karakter kepribadian yang kuat tetapi juga terkenal sebagai pemimpin yang tegas pada prinsip dan berani mengambil kebijakan yang sering menuai kontroversi. Keduanya juga dinilai memiliki integritas yang baik di mata publik. Bahkan baik Sri Mulyani maupun Susi Pudjiastuti kerap mendapat penghargaan dari berbagai lembaga internasional.

Yang kedua, sosok menteri yang kondang dibicarakan di media sosial dan media online karena posisinya berada dalam ranah bidang sosial, politik, keamanan, yang sangat erat dengan kekuasaan. Apalagi penelitian ini dilakukan pada masa “tahun politik” dimana tensi dinamika politik pemilu meningkat. Percakapan di media sosial maupun pemberitan media online yang melibatkan nama-nama menteri seperti Wiranto, Luhut Binsar Panjaitan, Ryamizard, Tjahjo Kumolo, Retno Marsudi dan Rudiantara dan sebagainya muncul terkait berbagai kasus atau peristiwa politik. 

Yang ketiga, nama-nama menteri yang banyak dibicarakan karena kementeriannya sangat terkait dengan berbagai masalah atau kebijakan pemenuhan kebutuhan rakyat atau pelayanan publik. Misalnya nama Menteri Perhubungan Budi Karya yang banyak disorot sehubungan pemenuhan kebutuhan sarana transportasi dan kelancaran arus mudik lebaran, juga kenaikan harga tiket pesawat yang berdampak pada daya beli masyarakat dan menurunnya wisatawan di berbagai daerah.

Yang keempat, nama-nama menteri yang kurang dibicarakan di internet tetapi sesungguhnya kinerja termasuk menonjol seperti Menteri Pekerjaan Umum Basuki Hadimulyo-terkait pembangunan infrastruktur yang sangat massif di seluruh Indonesia, dan Menteri ESDM Ignasius Jonan-terkait take over saham mayoritas PT Freeport dan kontrak karya pertambangan lainnya. Hal ini dilihat dari jumlah pemberitaan mengenainya cukup menonjol, dengan sentiment positif mengenainya, namun menterinya termasuk kategori tak banyak bicara di media (kecuali menunjukkan kinerjanya).

Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa popularitas atau keterpegahan nama-nama menteri juga dipengaruhi kemampuan menteri-menteri yang bersangkutan dalam berkomunikasi atau berinteraksi dengan netizen. Demikian pula juga berkaitan dengan kemampuan orang-orang di sekitar mereka yang mampu menjalin relasi dengan media online, yang sebagian merupakan platform digital dari media konvensional (koran, televisi, radio, dsb). 

Apabila media sosial didominasi oleh respon (postingan status atau cuitan para netizen yang kadang bersifat spontan) maka pemberitaan media online muncul berdasarkan kebijakan newsroom redaksi (organisasi) atau agenda setting. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement