BOGOR, AYOBANDUNG.COM -- Bendungan Sukamahi dan Ciawi merupakan dua dry dam atau bendungan kering yang sedang dibangun di Kabupaten Bogor. Pembangunan bendungan ini sebagai upaya pemerintah dalam rangka mengurangi kerentanan kawasan wilayah DKI Jakarta dari bencana banjir.
"Sebagai dry dam, maka baru akan digenangi air jika intensitas hujan tinggi. Sementara saat musim kemarau bendungan ini kering," kata Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono dalam pernyataan resminya, Jumat (9/8/2019).
Ia mengungkapkan, pembangunan kedua bendungan merupakan bagian dari rencana induk pengendalian banjir Jakarta yang sesuai kontak akan rampung pada 2021. Namun pembangunannya ditargetkan dapat selesai lebih cepat pada akhir 2020.
AYO BACA : Drumpori: Solusi Mudah dan Murah Cegah Banjir
Menurut Basuki, pembangunan kedua bendungan tersebut sudah menunjukkan perkembangan yang baik seiring dengan pembebasan lahan Bendungan Sukamahi yang sudah 82,81% dan Bendungan Ciawi sebesar 78%.
"Saya minta pekerjaan dilakukan dengan penuh kehati-hatian karena kontur tanah yang terjal. Pohon-pohon yang ada seperlunya saja ditebang, karena bisa menjadi bagian dari lansekap area bendungan," katanya.
Ia menuturkan, tahapan penting yang harus diselesaikan pada awal pembangunan bendungan yaitu pengelakan sungai sehingga pekerjaan utama juga dapat dilaksanakan. Ditargetkan pengelakan sungai Bendungan Sukamahi dapat dilaksanakan pada akhir September 2019 dan untuk bendungan Ciawi pada pertengahan Oktober 2019.
AYO BACA : Menteri PPN Jamin Ibu Kota Baru Bebas Banjir
Untuk menjaga ritme pekerjaan, Basuki meminta agar dilakukan pembagian jadwal tiga sif kerja dengan tetap memperhatikan kualitas dan keselamatan pekerja.
Kedua bendungan tersebut didesain untuk mengurangi debit banjir yang masuk ke Jakarta dengan menahan aliran air dari Gunung Gede dan Gunung Pangrango sebelum sampai ke Bendung Katulampa yang kemudian mengalir ke Sungai Ciliwung.
Selain itu bendungan juga bermanfaat untuk konservasi air dan pengembangan potensi pariwisata di kawasan Puncak.
Basuki mengatakan pengendalian banjir di Jakarta tidak bisa dilakukan melalui upaya struktural atau pembangunan fisik saja seperti kegiatan normalisasi sungai dan membangun bendungan, melainkan juga dengan kegiatan non struktural. Misalnya, kampanye penyadaran masyarakat, tata ruang, dan pembuatan berbagai sumur resapan di lingkungan rumah masing-masing.
Pembangunan dua bendungan ini merupakan bentuk komitmen pemerintah pusat untuk mengendalikan banjir mulai dari hulu hingga di hilir. Di hilir Jakarta dilakukan normalisasi Kali Ciliwung yang berlokasi di Jakarta Outer Ring Road (JORR) sampai Manggarai.
AYO BACA : Antisipasi Kekeringan dan Banjir dengan Gerakan Bandung Memanen Hujan