Senin 17 Jun 2019 11:48 WIB

Kawasan Kompleks IAIN Ambon Masih Rawan Longsor

Longsor melanda Ambon setelah hujan lebat pada 3 Juni lalu.

Tim Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dibantu sejumlah relawan meneliti lokasi pergerakan tanah yang di kawasan kampus Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ambon, Desa Batu Merah, Ambon, Maluku, Sabtu (15/6/2019).
Foto: Antara/Izaac Mulyawan
Tim Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dibantu sejumlah relawan meneliti lokasi pergerakan tanah yang di kawasan kampus Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ambon, Desa Batu Merah, Ambon, Maluku, Sabtu (15/6/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— AMBON— Tim dari Badan Geologi Cq Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) di Bandung, Jawa Barat, memprakirakan masih terjadi pergerakan tanah atau longsor di Kompleks Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ambon, sehingga sejumlah gedung terancam rusak, menyusul bencana pada 3 Juni 2019 akibat hujan dengan intensitas tinggi.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Maluku, Farida Salampessy, mengatakan prakiraan sementara tim dari Badan Geologi Bandung itu berdasarkan hasil kajian atau survei yang dilakukan sejak 14 Juni 2019.

Baca Juga

"Pertimbangannya pergerakan tanah atau longsor itu terjadi saat awal musim hujan, sedangkan prakiraan BMKG puncaknya pada akhir Juli-Agustus 2019," ujarnya.

Farida mengatakan, hasil kajian atau survei secara komprehensif itu paling terlambat baru diketahui dua pekan ke depan dalam bentuk rekomendasi.

"Jadi rekomendasi Badan Geologi yang menentukan aktivitas perkuliahan masih bisa berlanjut di kompleks IAIN, kawasan Batumerah ataukah tidak," katanya.

Farida mengakui, bila rekomendasi ternyata kampus IAIN tidak layak lagi di Batumerah, maka harus dicari lokasi baru yang terjamin keamanan maupun keselamatan beraktivitas.

"Pastinya dengan kondisi keretakan sejumlah gedung saat ini mempengaruhi aktivitas perkuliahan sehingga telah dijalin koordinasi dengan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di jajaran Pemprov Maluku, Polda Maluku, Kodam XVI/Pattimura dan berbagai pihak berkompotemn lainnya untuk melakukan penanganan tanggap darurat," ujarnya.

Sedangkan, Kadis ESDM Maluku, Martha Nanlohy mengatakan, tim dari Badan Geologi Bandung melakukan kajian atau survei hingga 18 Juni 2019, menyusul dimulai sejak Jumat (14/6). "Tim dijadwalkan kembali ke Bandung pada 18 Juni 2019 dan nantinya diterbitkan rekomendasi terhadap hasil kajian atau survei," katanya.

Dia mengakui, kajian atau survei dlakukan tim dari Badan Geologi Bandung berdasarkan surat permintaannya yang didukung laporan sementara tim geologi Dinas ESDM Maluku yang melakukan peninjauan pada 4 Juni 2019 tercatat bencana geologi berupa gerakan tanah atau longsor dengan jenis debris slide dan ambelsan.

Bentuk longsor berupa hiperbola atau setengah lingkaran, panjang dan lebar longsor tidak dapat diukur karena tanah masih bergerak dan terdapat garis polisi.

"Kerusakan bangunan fisik rusak berat empat unit yakni gedung audiotorium, gedung perpustakaan, gedung laboratorium matematika dan gedung genset (amblesan). Dua lainnya yang akan terkena dampak juga yaitu gedung pusat (rektorat) dan gedung dan tarbiyah," tandas Martha.

Pemantauan Antara, langkah lainnya yang ditempuh OPD teknis adalah kepolisian telah memasang tanda larangan berupa garis polisi di areal pada lokasi longsor tersebut.

Rekahan- rekahan yang terbuka telah ditutup dengan terpal atau tanah liat/lempung untuk menghindari masuknya air hujan yang akan sebagai pemicu longsor.

 

  

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement